SABACIREBON - Tradisi Cio Tao, perpaduan harmonis antara Tionghoa, Sunda, dan Betawi di Tangerang, kini resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Temukan keunikan dan makna dalam upacara pernikahan ini yang melestarikan keberagaman budaya.
Kisah pernikahan Ongnih dan Suanda membuka pintu pada keindahan tradisi Cio Tao di Tangerang. Lebih dari sekadar upacara pernikahan, Cio Tao menggambarkan akulturasi budaya yang memperkaya warisan leluhur.
Meskipun modernisasi mengubah pilihan pernikahan, komitmen menjaga tradisi tetap terjaga.
Baca Juga: Rahasia Teh Putih Ciwidey: Khasiat Luar Biasa dari Kuncup Teh Gunung Tilu
Dilahirkan sejak abad ke-17, Cio Tao bukan sekadar upacara formal. Tradisi ini mencakup pinang jodoh, penyerahan mas kawin, perjanjian perkawinan, sembahyang, hingga pesta pernikahan.
Seiring perubahan zaman, Cio Tao tetap dijaga dengan penuh penghormatan, menghadirkan akulturasi yang mencerminkan harmoni budaya Tangerang.
Tidak hanya sekadar ritual, Cio Tao adalah perwujudan akulturasi budaya antara Tionghoa, Sunda, dan Betawi. Penampilan mempelai perempuan yang mirip putri Betawi menambah keberagaman.
Baca Juga: Pasar Legi Kotagede: Jejak Sejarah yang Terus Hidup di Tengah Kota Yogyakarta
Hal ini menjadikan Cio Tao menjadi simbol penting melestarikan keberagaman budaya di tengah multikulturalisme Tangerang.