SABACIREBON - Pasar Legi Kotagede, sebuah kepingan sejarah hidup di tengah kesibukan kota Yogyakarta. Bangunan ini berdiri sejak abad ke-16, menyaksikan perubahan zaman namun tetap setia pada fungsinya sebagai pusat ekonomi.
Dengan lebih dari 600 pedagang, pasar ini tak hanya menjual kebutuhan sehari-hari tapi juga jajanan tradisional yang mulai langka.
Menapak sejarah Pasar Legi Kotagede, pusat ekonomi abad ke-16 yang tetap hidup di tengah Yogyakarta. Bangunan bersejarah, budaya, dan ragam produk memikat di pasar tertua Kota Gudeg ini. Temukan keunikan dan keberagaman yang menjadikan pasar ini jadi magnet zaman modern.
Baca Juga: Ranu Darungan: Surga Kecil Anggrek dan Burung di Tengah Gunung Semeru
Pasar Legi Kotagede, didirikan oleh Ki Ageng Pamanahan pada 1549, tak hanya sebuah tempat bertransaksi. Sebagai bagian dari konsep Catur Gatra Tunggal, pasar ini menjadi pusat interaksi dan kegiatan ekonomi.
Dari pohon-pohon besar hingga pasar pesat saat hari Legi, cerita Pasar Legi Kotagede terus berkembang hingga era kolonial dan kini.
Pada hari Legi, pasar ini tak hanya menawarkan kebutuhan sehari-hari, tapi juga kain batik, besi, tembaga, dan produk gerabah. Dari alat dapur hingga keperluan membatik, pasar ini menjadi jendela budaya dan perdagangan.
Baca Juga: Keajaiban Danau Paisu Pok: Memantulkan Kecantikan Alam Layaknya Cermin
Renovasi tahun 1986 menyegarkan Pasar Legi, menjadikannya pusat ekonomi seluas 4.158 meter persegi yang masih menghiasi kota.