Namun, lantaran isi tulis-tulisannya sangat pedas, Tiga Serangkai yang terdiri dari Soewardi Soerjaningrat, dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker, lalu ditangkap dan ditahan dalam penjara.
Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Bulanan, Mei 2021: Cancer Bebaskan Diri Anda, Virgo Dapat Tantangan
Hingga Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 18 Agustus 1913 mengeluarkan Keputusan No. 2a, bahwa Soewardi Soerjaningrat harus dibuang ke Bangka untuk diasingkan, kemudian dr. Cipto Mangunkusumo ke Banda Neira, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ke Timor Kupang.
Namun, mereka bertiga sepakat meminta agar dibuang ke Nederland, dan permintaannya dikabulkan.
Soewardi Soerjaningrat ditawari dan dinasehati oleh Mr. Van Deventer untuk menerima tawaran jadi Guru Pemerintah Hindia Belanda di Bangka guna membebaskannya dari hukuman pembuangan.
Tetapi, mental pejuang dari Ki Hadjar Dewantara tanpa pikir panjang lagi ditolaknya, walaupun Dr. E.F.E. Douwes Dekker menyetujuinya.
Baca Juga: Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2021, Berikut Ini Tema dan Logo Peringatan Hardiknas
Dalam pembuangan di negeri Belanda Soewardi Soerjaningrat beserta keluarganya hidup serba kekurangan.
Kemudian, para pengurus Indische Partij yaitu “TADO (Tot Aan De Onafhankelijkheid) Fonds”, menggalang dana untuk dapat memeberikan bantuan kepada Ki Hadjar Dewantara.
Untuk mendapatkan tambahan penghasilan, Ki Hadjar Dewantara terjun menjadi jurnalis di harian “Het Volk”, Redaktur “Hindia Poetera”, majalah “Indische Vereeniging”, mingguan “De Indier”, majalah “Indische Partij”, majalah “Het Indonesisch Verbond van Studeerenden”.