Hardiknas 2021: Sejarah Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara Sebagai Jurnalis

- 2 Mei 2021, 09:45 WIB
Patung Ki Hadjar Dewantara di depan Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta: Sejarah Bapak Pendidikan Nasional, Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal pernah menjadi seorang jurnalis.
Patung Ki Hadjar Dewantara di depan Pendapa Agung Tamansiswa Yogyakarta: Sejarah Bapak Pendidikan Nasional, Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal pernah menjadi seorang jurnalis. /- Foto : Portal Jogja/Siti Baruni/

Lalu ia meninggalkan STOVIA, dan belajar analis pada laboratorium Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas.

Baca Juga: 2 Mei: Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Mengenal Peran Ki Hajar Dewantara

Setelah itu, menjadi pembantu apoteker di Apotik Rathkamp, Malioboro Yogyakarta (tahun 1911), sambil nyambi kerja jadi jurnalis (wartawan) di Surat Kabar “Sedyotomo” (Bahasa Jawa), “Midden Java” (Bahasa Belanda) di Yogyakarta, dan “De Express” di Bandung.

Pada tahun 1912 Ki Hadjar Dewantara bersama-sama Dr. E.F.E. Douwes Dekker bertolak ke Bandung untuk mengelola Surat Kabar Harian “De Express”. Tulisan pertamanya berjudul “Kemerdekaan Indonesia”.

Ki Hadjar Dewantara juga terdaftar sebagai Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda” Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer” Malang. Serta, mendirikan Cabang “Serikat Islam” di Bandung, juga sebagai Ketuanya (1912), sebagaimana tawaran dari HOS Tjokroaminoto.

Pada 6 September 1912, Ki Hadjar Dewantara masuk menjadi Anggota “Indische Partij”, yaitu Partai Politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke arah “Indonesia Merdeka”, bersama-sama Dr. E.F.E. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo.

Baca Juga: Arkeolog Mesir Temukan Makam Langka, Diduga Berasal dari Masa Sebelum Firaun

Semasa di Bandung, bulan Juli 1913 bersama dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara mendirikan “Comite Tot Herdenking van Nederlandsch Honderdjarige Vrijheid” atau Komite Boemi Poetera sebagai panitia peringatan 100 tahun Kemerdekaan Nederland.

Tapi, komite tersebut malah memprotes akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Nederland dari penjajahan Perancis yang akan diadakan pada 15 Nopember 1913.

Komite Boemi Poetera juga menuntut agar Pemerintah Hindia Belanda menyelenggarakan Parlemen (DPR) di Indonesia.

Halaman:

Editor: Tita Salsabila


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x