Permintaan Kak Seto Soal PJJ, dari Tawarkan Konsep Gembira hingga Seluruh Siswa Harus Naik Kelas

13 Agustus 2020, 21:11 WIB
PEMERHATI Anak Indonesia, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto. /Foto Istimewa PR

PR CIREBON - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sudah mengizinkan pembukaan kembali Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), meski Pandemi Covid-19 belum selesai.

Namun rupanya, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi berpendapat lain. Ia lebih menyarankan pemerintah mempertimbangkan pembukaan belajar tatap muka di tengah pandemi Covid-19.

Tepatnya, pertimbangan itu merujuk pada dampak dan akibat yang akan muncul berupa konflik antara anak dan orang tua terkait pemenuhan hak anak.

Baca Juga: Reshuffle Menteri Disebut Terjadi Rabu Depan, Pendukung Jokowi: Sesuai Kebiasaan Periode Pertama

Bahkan, pria yang akrab disapa Kak Seto ini, juga menyarankan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim  tetap menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dan  harus memastikan seluruh siswa naik kelas pada akhir tahun ajaran baru mendatang.

“Tahun ajaran baru semuanya harus naik kelas, dan itu sudah saya sampaikan ke pak menteri dan jajaran supaya siswa dan orang tua tidak merasa terbebani,” ungkap Kak Seto, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI pada Kamis, 13 Agustus 2020.

Lebih lanjut, Kak Seto juga menilai pertimbangan menaikan seluruh siswa diakhir tahun ajaran, didasari konflik pemahaman terkait target kurikulum antara anak dan orang tua.

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Sudah Lampu Kuning, Pengamat: Rizal Ramli Andal Buat Minus Jadi Surplus

“Kadang-kadang anaknya sudah mengerti tetapi orang tua-nya belum mengerti dan maunya harus begini dan begitu supaya naik kelas sehingga psikologis anak menjadi stress,” jelas kak Seto.

Bahkan, kak Seto merasa dalam situasi seperti ini, orang tua harus memposisikan seperti liburan sesuai dengan pemenuhan hak anak.

“Liburan tapi liburannya harus gembira dan edukatif dengan belajar menyanyi, menari, senam dan sebagainya,” tambah kak Seto.

Baca Juga: Yakin Salib Ada dalam Logo HUT RI ke-75, MUI: Semula Dibiarkan, Tapi Ustaz Diserang Masif

Meskipun, kak Seto tak menampik banyak keluarga yang tidak siap menghadapi kondisi yang terjadi seperti saat ini, sehingga memunculkan dampak yang kompleks.

“Situasi ini memunculkan konflik keluarga seperti kekerasan dan angka perceraian yang meningkat sampai pada kekerasan seksual terhadap anak,” tegasnya.

Untuk itu, kak Seto secara khusus meminta agar orang tua mampu menjamin anak-anak berada pada situasi aman dalam masa pandemi Covid-19 seperti ini.

Baca Juga: Dukung Arak Bali Sembuhkan Pasien Covid-19, Luhut: Kearifan Lokal, Bukan Akal-akalan Kepala Daerah

“Kita harus memperkuat posisi orang tua dengan konsep GEMBIRA yakni G atau Gerak yang artinya membuat orang tua bergerak seperti berolahraga agar darah mengalir secara baik,” papar kak Seto.

Sedangkan selanjutnya, E atau Emosi yang berarti orang tua boleh marah tetapi harus disampaikan dengan tidak membentak dan menggunakan cara kekerasan.

Kemudian, konsep M berarti makan minum secara teratur, dan konsep B adalah beribadah dan berdoa serta mendekatkan diri pada sang pencipta

Hingga konsep I adalah mengatur waktu Istirahat yang cukup sehingga terhindari dari pikiran-pikiran yang negative.

“Konsep R adalah tetap Rukun dan A adalah tetap Aktif terhadap anak,” jelas kak Seto mengakhiri pernyataan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler