Simbol Kemandirian Bangsa, Indonesia Kembangkan Vaksin Merah Putih yang Ditargetkan Siap Pada 2022

- 20 November 2020, 22:31 WIB
Ilustrasi vaksin: Pemerintah Indonesia dan para ahli serta peneliti telah berupaya mengembangkan vaksin merah putih produksi sendiri.
Ilustrasi vaksin: Pemerintah Indonesia dan para ahli serta peneliti telah berupaya mengembangkan vaksin merah putih produksi sendiri. /Pixabay.com/kfuhlert

 

PR CIREBON – Dalam upaya mengakhiri badai pandemi Covid-19 yang telah menjangkiti ribuan masyarakat di Tanah Air. Pemerintah bersama para ahli dan peneliti telah berupaya mengembangkan vaksin produksi Tanah Air.

Dengan mengembangkan vaksin orisinil buatan Tanah Air, hal ini akan dapat mencukupi kebutuhan vaksin yang ada di Indonesia. Dengan jumlah penduduk di Indonesia yang kurang lebih mencapai 270 juta penduduk, jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri, maka vaksin tidak dapat memenuhi dan mencapai seluruh penduduk warga negara Indonesia.

Oleh karenanya, vaksin menjadi sesuatu yang krusial dalam mencegah penularan pandemik Covid-19 di Indonesia dan seluruh dunia karena dapat menciptakan kekebalan tubuh terhadap ancaman virus SARS-COV-2.

Baca Juga: Menginjak Setahun Pandemi, dr Tirta Sebut Covid-19 Mungkin akan Berlanjut Menjadi Covid-20

Kemudian, dengan menggunakan vaksin, maka tidak hanya kekebalan individu yang tercipta tapi juga kekebalan massal terhadap penyakit Covid-19, terutama dalam mendukung pemulihan aspek kesehatan dan ekonomi bangsa. Untuk menciptakan kekebalan massal (herd immunity), maka paling tidak 70 persen dari jumlah populasi penduduk diberikan vaksin.

Jumlah kebutuhan vaksin di Indonesia terbilang besar karena Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk sekitar 270 juta jiwa. Sementara, kapasitas produksi vaksin diperkirakan hanya cukup untuk kurang lebih 50 persen dari total penduduk dunia. Untuk itu, diperlukan kemandirian bangsa Indonesia dalam pengembangan dan produksi vaksin untuk memenuhi ketersediaan vaksin dalam negeri untuk menangani pandemi Covid-19.

Sebagai upaya kemandirian dan kemajuan bangsa, dalam pengembangan vaksin sangat penting untuk mengendalikan ketergantungan terhadap pihak luar, apalagi ketersediaan vaksin juga terbatas di tingkat global.

Baca Juga: Kronologi Ayla Tabrak CBR 1000 RR, Penabrak Sampai Ganti Rugi Pakai Mobil dan Rumah

Namun kemungkinan pemberian vaksin juga tidak bisa hanya dilakukan dengan satu kali suntikan dosis, tapi perlu booster, sehingga jumlah vaksin yang dibutuhkan akan ganda.

Dengan mempertimbangkan kebutuhan jumlah vaksin yang besar yang harus dipenuhi untuk jumlah penduduk Indonesia yang banyak, maka Indonesia mengembangkan vaksin secara mandiri yakni vaksin Merah Putih.

Tak hanya menjadi simbol kemandirian bangsa, pengembangan vaksin Merah Putih juga menjadi simbol kemajuan Indonesia karena menjadi investasi ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini dan masa depan sehingga bisa menjadi lebih siap jika menghadapi masalah pandemi di masa akan datang.

Baca Juga: Menyuarakan Teori Konspirasi Covid-19, Film Dokumenter 'Hold-Up' Sengaja Dibuat Prancis

Vaksin Merah Putih adalah vaksin Covid-19 yang menggunakan isolat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 yang memang bertransmisi di Indonesia, dan pengembangan bibit vaksinnya dikerjakan oleh para ahli dan peneliti Indonesia dan pada akhirnya produksinya pun dilakukan di Indonesia.

Walaupun dibutuhkan cepat, tapi pengembangan vaksin Merah Putih tetap mengedepankan keamanan dan kemanfaatan (efikasi).

"Vaksin Merah Putih akan selalu prioritaskan keamanan dan keefektifan dengan uji klinis yang sesuai prosedur," kata Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro, Jumat, 20 November 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari ANTARA.

Baca Juga: JKN-KIS Permudah Iuran Peserta, BPJS Kesehatan: Pemerintah Memperhatikan Masyarakat Tidak Mampu

Uji Praklinis

Menristek Bambang menuturkan ada kemungkinan vaksinasi dilakukan lebih dari satu kali per orang maka kebutuhan vaksin Covid-19 bisa mencapai jumlah di atas 300 juta sampai 400 juta ampul.

"Otomatis ini membutuhkan kemandirian baik dalam sisi produksi maupun juga dalam sisi pengembangan bibit vaksinnya," ujar Menristek Bambang yang juga Ketua Tim Pengembangan Vaksin Covid-19 dalam suatu konferensi pers virtual belum lama ini di Jakarta.

Baca Juga: Gadis Muslim Dibakar Hidup-Hidup di India, Badan Hak Perempuan Menuntut Keadilan Kematiannya

Ia menjelaskan kemungkinan vaksin Merah Putih paling cepat tersedia sebagai produksi massal pada triwulan III 2021.

Sampai dengan saat ini, pengembangan vaksin Merah Putih dilakukan oleh enam institusi penelitian dan perguruan tinggi, yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada dengan platform pengembangan yang berbeda-beda.

Kemudian, yang paling progresif saat ini adalah vaksin yang dikembangkan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dengan menggunakan platform sub-unit protein rekombinan.

Baca Juga: Tidak Hanya di Pernikahan Putri HRS, Satpol PP Juga Dalami Sanksi Keramaian Maulid Nabi di Tebet

Sebuah vaksin yang dibuat Eijkman itu sudah mencapai kemajuan lebih dari 50 persen dari skala laboratorium dan direncanakan untuk uji praklinis pada hewan di November 2020.

"Prosesnya masih berlangsung terus untuk mendapatkan protein rekombinan yang baik," kata Kepala Eijkman Amin Soebandrio, Jumat, 20 November 2020.

Di luar platform sub-unit protein rekombinan, Lembaga Eijkman juga mengembangkan vaksin berbasis inactivated virus atau virus yang dilemahkan.

Baca Juga: Empat Fitur Baru pada PUBG Mobile Versi 1.1, Salah Satunya Ukuran Unduhan Berkurang

Sedangkan LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.

Pihak Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus. Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform yaitu DNA, RNA, dan virus-like particle.

Kini, Lembaga Eijkman sedang menunggu protein rekombinan yang akan dihasilkan dari sistem ekspresi yang menggunakan sel mamalia.

Baca Juga: Untuk Keempat Kalinya Jalur Selatan Cianjur Longsor, BPBD: Longsor Menutup Jalan Utama

Apabila sudah didapatkan protein rekombinan, maka protein rekombinan itu akan disuntikkan pada hewan sebagai tahapan uji praklinis.

Tahap uji praklinis itu diharapkan sudah selesai di awal 2021 sehingga bibit vaksin bisa diserahkan ke PT Bio Farma.

Kemudian, Bio Farma akan melakukan scaling up dan membuat formulasi agar vaksin itu siap diujikan ke manusia sehingga uji klinis tahap 1 pada manusia dapat segera dilakukan. Jika hasilnya memuaskan, maka dilanjutkan dengan uji klinis tahap 2 dan 3.

Baca Juga: Suu Kyi Kembali Naik Jadi Pemimpin Myanmar, Tekanan Global Pemulangan Rohingya Meningkat

Ditargetkan Siap Pada 2022

Tahap uji klinis menjadi sangat penting untuk memastikan dosis, efektivitas, kebermanfaatan dan keamanan jika digunakan pada manusia.

Vaksin Merah Putih diharapkan siap untuk dipakai masyarakat pada 2022.

Baca Juga: Ingin Hentikan Limbah Sungai Ciliwung, Bima Arya Jalin Kerja Sama dengan Pemerintah Victoria

"Kita harapkan dapat penggunaan di kita itu sekitar 2022, itu harapan kita bersama untuk vaksin Merah Putih," kata Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma Neni Nurainy dalam suatu diskusi publik virtual.

Perusahaan PT Bio Farma memiliki kapasitas produksi vaksin Covid-19 sebanyak 250 juta dosis per tahun.

Dalam upaya penguatan kapasitas produksi vaksin dalam negeri, Kementerian Riset dan Teknologi menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan swasta dan tiga di antaranya siap berinvestasi dengan kombinasi kapasitas produksi bisa mencapai satu miliar dosis vaksin Covid-19 per tahun.

Baca Juga: Menginjak Setahun Pandemi, dr Tirta Sebut Covid-19 Mungkin akan Berlanjut Menjadi Covid-20

Selain itu, tiga perusahaan swasta tersebut sudah mulai mengurus izin ke Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk cara pembuatan obat yang baik (obat manufacturing practices) sehingga mereka bisa memproduksi vaksin.

Kemudian, sejumlah perusahaan swasta dalam potensi kerja sama produksi vaksin tersebut adalah PT Kalbe Farma, PT Sanbe Farma, PT Daewoong Infion, PT Biotis Prima Agrisindo dan PT Tempo Scan Pacific.

Dengan demikian pemerintah Indonesia bukan saja menguatkan kapasitas penelitian dan pengembangan vaksin Merah Putih secara mandiri, tapi juga memperkuat kapasitas produksi dalam negeri sehingga vaksin Merah Putih menjadi vaksin yang 100 persen bisa dikembangkan dan diproduksi dalam negeri.

Baca Juga: Rencana Kedatangan HRS untuk Tabligh Akbar, Polres Cianjur Sebut Tidak Mengeluarkan Izin Kegiatan

Jumlah ketersediaan vaksin Merah Putih akan menjawab urgensi pemenuhan kebutuhan vaksin Covid-19 dalam jumlah banyak untuk jangka menengah dan panjang.

Selanjutnya diharapkan, pengembangan vaksin yang dilakukan para peneliti Indonesia bisa berjalan dengan lancar sehingga membuahkan hasil yang memuaskan.

Vaksin Merah Putih tentunya dapat menjadi andalan bangsa Indonesia untuk kemandirian dan kemajuan Indonesia dalam mengatasi pandemi Covid-19.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah