Habib Rizieq Disebut akan Seperti Ulama Turki Fetullah Gulen Jika Tidak Diizinkan Pulang

- 7 November 2020, 08:44 WIB
Habib Rizieq Shihab: Habib Rizieq Shihab disebutkan akan seperti ulama Turki Fetullah Gulen yang mengendalikan politik jika tak diizinkan pulang.
Habib Rizieq Shihab: Habib Rizieq Shihab disebutkan akan seperti ulama Turki Fetullah Gulen yang mengendalikan politik jika tak diizinkan pulang. /Antara

PR CIREBON - Pemimpin Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Syihab, mengumumkan rencana kepulangan dari Arab Saudi ke Indonesia. Rizieq akan terbang ke Jakarta pada pekan depan.

Hal tersebut lah yang telah ditunggu-tunggh oleh banyak umat Islam, menunggu kepulangan imam besar pemimpin fornt pembela Islam.

Imam besar front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab (HRS) diperkirakan akan bermain dengan politik dan mengendalikan politik Islam terbesar di Indonesia jika dinyatakan tidak akan pulang ke Indonesia.

Baca Juga: Joe Biden Hampir Menangkan Pemilu, Trump Bersikeras akan Gugat Melalui Setiap Aspek Hukum

Kemungkinan besar Habib Rizieq Shihab akan melakukan hal yang sama seperti yang telah dilakukan ulama ternama asal Turki Fetullah Gulën jika tidak pulang ke tanah air.

"Jika tidak segera pulang, Rizieq tidak mustahil akan menjadi Fetullah Gulën: memainkan jurus politik dari kejauhan tanpa beban," kata Islah Jumat 6 November 2020. dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com.

"Ia akan terus dihadirkan seperti 'dewa' tak bisa dilihat dan diraba tapi kekuatannya selalu dijual secara 'maya'. Ia menjadi komoditas politik yang abstrak, tak berbatas dan ditransaksikan secara bebas akibat ketidakhadirannya," tambahnya.

Baca Juga: Vaksinasi Direncanakan Desember, Mulyanto Harap Pemerintah Prioritaskan Nakes dan Daerah Zona Merah

Menurutnya, meski Rizieq Shihab pergi ke Arab Saudi untuk menghindar dari kasus pidana yang menjeratnya dan bukan karena diasingkan.

Tetapi setidaknya kita bisa belajar dari sejarah, bahwa banyak orang yang menjadi lebih populer setelah terasingkan.

"Popularitas adalah modal dasar penguatan politik, dan Rizieq sudah saatnya untuk pulang jauh sebelum perhelatan politik 2024 nanti. Meski ia bukan Gandhi, bukan Mandela, Khomeini, apalagi Soekarno, tapi ketidak-hadiran satu sosok pada magnitude politiknya, akan semakin membesarkan namanya," paparnya.

Baca Juga: Virus Corona Bermutasi, Denmark Musnahkan 15 Juta Cerpelai yang Dianggap Menyebarkan Mutasi Covid-19

Di sisi lain, ia melihat kedatangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq ke tanah air pada 10 November 2020 akan meningkatkan popularitas kelompok politik kanan.

"Kedatangan Rizieq adalah redupnya akrobat politik Shobri Lubis, Haikal Hasan, Munarman, Bamukmin dan 212," ujarnya.
Menurutnya, Rizieq akan melakukan "bargaining" politik FPI pada tingkat elit, bukan pada kelas politik menengah seperti yang dilakukan "para dayangnya" selama ini. "Sebelum 2024 semakin dekat, saatnya Rizieq pulang," ujarnya.

Kedatangan Habib Rizieq, lanjutnya adalah sebuah euforia. "Ini pasti. Tapi Rizieq Shihab adalah manusia biasa, yang juga akan mengalami disorientasi pemujaan - dalam istilah psikologi: "vain cult" - dan penurunan popularitas akibat proses kognitif massa," ungkapnya.

Baca Juga: Presiden Macron Dituduh Menyebarkan 'Berita Palsu' Tentang Gadis Muslim yang Dilecehkan

Islah meyakini kepulangan Rizieq tidak akan bermakna apa-apa, meski tentunya akan menambah spektrum konstelasi politik kita.
"Rizieq sebagai sosok andalan dari kelompok politik kanan, juga tidak akan berpengaruh secara signifikan," jelasnya.

Secara elektoral sejak 2014, sambungnya, angka prosentasenya tidak pernah berubah. "Massanya tetap yang itu-itu saja," jelasnya.
Kedatangan Rizieq Shihab, lanjutnya bukanlah kedatangan Khomeini yang muncul setelah api revolusi selesai.

"Karpet merah digelar bagi Khomeini saat itu, karena sosok sang Imam harus muncul dari pengasingan politik demi menyatukan berbagai faksi yang ikut serta dalam revolusi Iran," imbuhnya.

Baca Juga: Trump Bersikeras Sebut Ada Kecurangan, Wali Kota Philadelphia: Jangan Bersikap Seperti Anak Kecil

"Inilah perbedaan tegas antara Rizieq dengan tokoh lain yang diasingkan sengaja oleh penguasa - bukan karena mengasingkan diri akibat ketakutannya terhadap proses hukum pidana," tambahnya.***

Editor: Irma Nurfajri Aunulloh

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah