Islah Bahrawi Sebut Pengasingan Hingga Kepulangan Habib Rizieq Adalah Jurus Politik

- 7 November 2020, 06:10 WIB
Habib Rizieq Shihab
Habib Rizieq Shihab /Instagram/



PR CIREBON - Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, saat ini tengah menjadi perhatian publik. Kiprahnya di Indonesia sudah tidak asing lagi, meskipun saat ini raganya masih berada di Saudi Arabia, namun kabar kepulangannya saja sudah sangat menggemparkan.

Hal tersebut menunjukan betapa Habib Rizieq Shihab adalah sosok yang sangat berpengaruh dan mempunyai andil besar untuk menggerakkan masyarakat Indonesia. Lantas bagaimana jika ternyata HRS tidak jadi pulang seperti yang telah digaungkan?

Cendekiawan muslim Islah Bahrawi memperkirakan Habib Rizieq Syihab (HRS) akan memainkan jurus politik dari kejauhan tanpa beban seperti yang dilakukan ulama ternama asal Turki Fetullah Gulën jika tidak pulang ke tanah air.

Baca Juga: Petugas Terkonfirmasi Covid-19, Dua Puskesmas dan Gedung Public Safety Center di Cirebon Tutup

"Jika tidak segera pulang, Rizieq tidak mustahil akan menjadi Fetullah Gulën: memainkan jurus politik dari kejauhan tanpa beban," kata Islah, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI pada Jumat, 6 November 2020.

Menurut analisis Islah, Habib Rizieq akan memainkan jurus politik dari kejauhan dan memerankan dirinya layaknya "dewa" yang tak bisa dilihat dan diraba tapi kekuatannya selalu dijual secara "maya". HRS akan memainkan kekuatannya dari belakang layar.

Islah menggambarkan Habib Rizieq seperti komoditas politik yang abstrak, tak berbatas dan ditransaksikan secara bebas akibat ketidakhadirannya.

Baca Juga: Setelah Saudi Arabia Dibuka Pasca Lockdown, Biaya Umroh Melonjak hingga Minat Jamaah Menurun

Menurutnya, meski Rizieq Shihab pergi ke Arab Saudi untuk menghindar dari kasus pidana yang menjeratnya dan bukan karena diasingkan. Tetapi setidaknya kita bisa belajar dari sejarah banyak orang yang menjadi lebih populer setelah terasingkan.

"Popularitas adalah modal dasar penguatan politik, dan Rizieq sudah saatnya untuk pulang jauh sebelum perhelatan politik 2024 nanti. Meski ia bukan Gandhi, bukan Mandela, Khomeini, apalagi Soekarno, tapi ketidak-hadiran satu sosok pada magnitude politiknya, akan semakin membesarkan namanya," ujarnya.

Di sisi lain, ia melihat kedatangan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq ke tanah air pada 10 November 2020 akan meningkatkan popularitas kelompok politik kanan.

Baca Juga: Joe Biden Makin Menjauhi Trump , Georgia Beri Kemenangan Manis dengan Total 917 Suara

"Kedatangan Rizieq adalah redupnya akrobat politik Shobri Lubis, Haikal Hasan, Munarman, Bamukmin dan 212," ujarnya.

Menurutnya, Rizieq akan melakukan "bargaining" politik FPI pada tingkat elit, bukan pada kelas politik menengah seperti yang dilakukan "para dayangnya" selama ini. "Sebelum 2024 semakin dekat, saatnya Rizieq pulang," ujarnya.

Kedatangan Habib Rizieq, lanjutnya adalah sebuah euforia.

"Ini pasti. Tapi Rizieq Shihab adalah manusia biasa, yang juga akan mengalami disorientasi pemujaan - dalam istilah psikologi: "vain cult" - dan penurunan popularitas akibat proses kognitif massa," ungkapnya.

Baca Juga: Setelah Dinyatakan Gagal, Trump Akan Ajukan Gugatan Hukum Terkait Penghitungan di Nevada

Islah meyakini kepulangan Rizieq tidak akan bermakna apa-apa, meski tentunya akan menambah spektrum konstelasi politik kita.

"Rizieq sebagai sosok andalan dari kelompok politik kanan, juga tidak akan berpengaruh secara signifikan," ujarnya.

Kedatangan Rizieq Shihab, lanjutnya bukanlah kedatangan Khomeini yang muncul setelah api revolusi selesai. Karpet merah digelar bagi Khomeini saat itu, karena sosok sang Imam harus muncul dari pengasingan politik demi menyatukan berbagai faksi yang ikut serta dalam revolusi Iran.

Baca Juga: Enam Tokoh dari Berbagai Daerah Dapat Hadiah, Gelar Pahlawan dari Presiden Jokowi

Menurut Islah, ini adalah jurus politik yang berbeda yang dilakukan Rizieq jika dibandingkan tokoh lain. Habib Rizieq sengaja diasingkan bukan karena mengasingkan diri akibat ketakutannya terhadap proses hukum pidana.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: RRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x