SABACIREBON-Pemerintah telah memberikan isyarat untuk melakukan penyesuaian harga BBM bersubsi seperti pertalite dan solar.
Isyarat penyesuaian itu berupa kenaikan harga BBM dalam waktu dekat, mengingat subsidi yang ditanggung pemerintah sangat besar.
Jika penyesuaian tidak akan dilakukan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan jebol dan ini berdampak pada APBN mendatang, yang tidak bisa lagi ditunda.
Namun bagaimana logika pemikiran bahwa harga pertalite, solar dan gas elpiji 3 kilogram mesti harus dinaikkan?.
Baca Juga: Bulu Tangkis Tokyo : Hendra Ahsan Raih Tiket Final Kejuaraan Dunia 2022
Dikutip dari Pikiran-Rakyat.Com, sebelumnya pemerintah telah melakukan perbandingan harga BBM (bahan bakar minyak) subsidi di Indonesia.
Pada beberapa waktu lalu, pemerintah sempat membandingkan harga BBM subsidi Indonesia dengan sejumlah negara maju, salah satunya Singapura.
Pada saat itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan jika harga BBM subsidi di Indonesia jauh lebih murah dibandingkan Singapura.
"Harga Jual Eceran (HJE) BBM bersubsidi jauh lebih rendah dibandingkan harga jual seharusnya atau keekonomiannya," kata Sri Mulyani.
Pernyataan tersebut diberikan Sri Mulyani dengan asumsi harga Indonesian Crude OPrice (ICP) senilai USD105 per barel dan nilai tukar rupiah Rp14.700 per USD.
"Melalui asumsi tersebut, subsidi yang dikeluarkan pemerintah untuk pertalite, solar, pertamax, hingga LPG 3 kilogram menjadi sangat besar. HJE solar yang ditetapkan PT Pertamina dengan izin pemerintah sebesar Rp5.150 per liter, sedangkan harga keekonmiannya sudah mencapai Rp13.950 per liter," ujar Sri Mulyani.
Dari perhitungan tersebut, Sri Mulyani berujar jika masyarakat mendapatkan subsidi sebesar 63 persen atau setara Rp8.800 per liter dari harga asli.
Baca Juga: KIm Jong Un Bangun 8 Rumah Mewah dengan Tujuan Mengecoh Pembunuh
Untuk HJE pertalite PT Pertamina menetapkan sebesar Rp7.650, denga harga keekonomiannya mencapai Rp14.450 per liter.
Dari harga tersebut, menurut perhitungan pemerintah, subsidi yang didapatkan rakyat senilai Rp6.800 per liter atau sebesar 53 persen.
Sedangkan untuk HJE pertamax senilai Rp12.500 per liter dengan harga keekonomiannya mencapai Rp17.300 per liter.
"Setiap orang mampu yang mobilnya bagus membeli pertamax, per liternya mendapatkan subsidi Rp4.800," ucap Sri Mulyani.
Untuk HJE LPG 3 kilogram yang harganya Rp4.250 per kilogram, harga keekonomiannya mencapai Rp18.500.
"Jadi kalau setiap kali beli LPG 3 kilogram, mereka mendapatkan subsidi Rp42.750," tutur Sri Mulyani seperti dikutip Pikiran-Rakyat.Com dari Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.***