SABACIREBON-Pemerintah sedang mepertimbangkan dan memikirkan untuk segera menaikkan harga BBM subsidi seperti pertalite dan solar.
Langkah itu, seperti yang dikatakan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sedang dipertimbangkan secara matang karena akan berpengaruh kepada daya beli masyarakat.
Kendati demikian, kenaikan harga BBM diharapkan mampu untuk mengerem pembengkakan subsidi BBM.
Dalam rapat dengan Komisi VII DPR RI yang dilakukan pada Rabu (24/8/2022), Arifin mengatakan, pihaknya akan melakukan pembahasan lebih dalam terkait opsi apa yang akan dilakukan kedepannya.
"Untuk harga BBM, kita sedang melakukan exercise, dan ini masih dilaksanakan dan dikoordinasikan di Kemenko Perekonomian," kata Arifin.
Kalangan DPR mengkhawatirkan ketersedian BBM bersubsidi, mengingat kuota yang tersedia makin berkurang.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, bahwa subsidi atas konsumsi pertalite dan solar akan bertambah.
Ini dikarenakan konsumsi pertalite dan solar yang pasti mengalami kenaikan.
Setelah dihitung, subsidi pertalie dan solar akan bertambah Rp 109 Triliun. "Penambahan subsidi itu hanya untuk pertalite dan solar, tidak termasuk gas 3 kg," tegas Menteri.
Besarnya angka subsidi itu karena konsumsi pertalite bertambah mendekati 30 persen menjadi 29 juta kiloliter.
Sebelumnya design APBN 2022 menyebutkan target konsumsi pertalite hanya 23 juta kiloliter.
Namun sampai saat ini, konsumsinya sudah mencapai 16,8 juta kiloliter atau telah terpakai 73,04 persen.
Sisa alokasi konsumsi pertalite yang hanya tinggal 5 juta kiloliter mustahil bisa mencukupi konsumsi pertalite hingga akhir tahun.
Kalau ketersedian pertalite tidak mencukupi tentu harus ditambah.
Setelah dilakukan perhitungan, pemerintah menilai akan ada kekurangan alokasi pertalite sekitar 6 juta kiloliter mengingat konsumsi akan bengkak menjadi 29 juta kiloliter.
Baca Juga: Tahun 2022 Terjadi 116 Kebakaran di Kota BandungBaca Juga: Tahun 2022 Terjadi 116 Kebakaran di Kota Bandung
Sedangkan penambahan kekurangan ini menyebabkan pemerintah harus merogoh kocek lebih dalam karena perlu menyediakan tambahan subsidi pertalite dan solar sekitar Rp 6 Triliun menjadi Rp 29 Triliun.
Sebelumnya anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mempertanyakan sikap pemerintah yang belum merealisasikan penambahan kuota BBM bersubsidi.
"Kalau lihat dari perkembangan dinamika hari ini dari variabel-variabel yang terjadi hari ini, kami khawatir kuota ini bisa jebol pada tahun 2022," ujarnya dalam rapat kerja bersama Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu.
"Kalau lihat dari perkembangan dinamika hari ini dari variabel-variabel yang terjadi hari ini, kami khawatir kuota ini bisa jebol pada tahun 2022," ujarnya dalam rapat kerja bersama Kementerian ESDM di Jakarta, Rabu.
Baca Juga: Laut Indonesia Memberikan Andil Besar dalam Mendistribusikan 46 Persen Komoditas Global
Berdasarkan laporan PT Pertamina sampai Juli 2022, BBM bersubsidi jenis Pertalite telah mencapai angka 16,8 juta kiloliter atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta kiloliter.
Berdasarkan laporan PT Pertamina sampai Juli 2022, BBM bersubsidi jenis Pertalite telah mencapai angka 16,8 juta kiloliter atau setara dengan 73,04 persen dari total kuota yang ditetapkan sebesar 23 juta kiloliter.
Sementara itu, BBM bersubsidi jenis Solar yang sudah tersalurkan sebanyak 9,9 juta kiloliter, padahal total kuota Solar sepanjang tahun ini adalah sebanyak 14,9 juta kiloliter.
Pada 2022, pemerintah mematok subsidi energi sebesar Rp 502,4 triliun untuk menutup selisih harga keekonomian bahan bakar minyak, gas, dan listrik yang disalurkan oleh Pertamina dan PT PLN kepada masyarakat.***