Ibarat bak sebuah pancingan, umpan yang dilemparkan itu ditangkap industri minyak goreng. Mereka mempertontonkan keleluasaan menjual minyak goreng dengan harga tinggi, sampai kemudian muncul berbagai kritikan kepada Presiden dan pemerintah nya. Negara dianggap tidak mampu memberikan perlindungan kepada warganya.
Negara lebih mementingkan oligarki kekuasaan pelaku industri minyak goreng. Negara diatur oleh mereka. Mereka dituduh mengongkosi rencana penundaan pemilu demi memperpanjang masa jabatan Presiden menjad tiga periode.
Baca Juga: Pemda Bandung tak bisa Memantau Setiap Potensi Gangguan Kondusivitas
Tidak sulit
Menurut Vincent, tidak sulit sekarang untuk melokalisir penyebab harga minyak goreng mahal. Dari empat pihak yaitu konsumen, petani, negara dan pengusaha hanya dua pihak yang bikin gara-gara. Yaitu, oknum aparat negara dan oknum pengusaha (masing-masing beserta konco-konconya). Kedua pihak inilah yang berkolusi dan menjelma menjadi mafia migor.
Sebelumnya, Vicent telah mengindentifikasi pihak-pihak yang saling berkaitan dalam industri minyak goreng. Ada empat pihak, konsumen, petani, negara dan pengusaha. Bagaimana agar keseimbangan antara keempatnya bisa terjaga dengan baik, artinya semuanya win-win (menang-menang, sama-sama untung).
Dua pihak yang diduga terlibat itu, terangsang harga CPO dunia yang tinggi, lalu berkonspirasi memalsukan dokumen ekspor. Bahan baku migor yang untuk DMO pun terdeviasi keluar. Migor pun langka maka harga migor melonjak. Hukum ekonomi yang sederhana.
Baca Juga: The Bad Guy Langsung Box Office, Meraih USD 24 juta di Star Awal
Vincent kemudian menambahkan, Jadi yang mesti “dibereskan” adalah dua pihak itu tadi: oknum aparat negara dan oknum pengusaha. Sementara konsumen dan petani rakyat – seperti biasa – selalu hanya jadi korban. Sekaligus dalih (tameng) untuk membenarkan (justifikasi) pembelaan diri para mafia. Demi petani rakyat, demi konsumen… demikian'
Sudah terbuka