Kembangkan Vaksin Lokal, Menristek Sebut Hanya 2 dari 13 Strain Covid-19 Indonesia yang Masuk Eropa

- 11 Juni 2020, 11:19 WIB
ILUSTRASI injeksi vaksin virus corona.*
ILUSTRASI injeksi vaksin virus corona.* /Daily Mail

PR CIREBON - Indonesia sudah terkenal sebagai negara yang memiliki banyak etnis dengan didukung pulau yang melimpah. Namun, keberagaman ini menjadi kendala unik saat masa pandemi Covid-19 melanda seluruh penjuru tanah air.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro menyebutkan, penelitian yang sedang dilakukan peneliti dalam negeri terkait vaksin harus diuji pada etnis yang beragam, sehingga membuat proses uji vaksin menjadi kendala unik tersendiri. Meskipun ia tetap berharap satu jenis vaksin bisa untuk semua masyarakat Indonesia.

Apalagi pengembangan vaksin dengan berdasarkan whole genome sequencing atau pengurutan menyeluruh dari gen virus yang ada di Indonesia menyimpulkan, strain virus Covid-19 yang menyebar di Indonesia terbagi dalam tiga belas strain virus.

Baca Juga: Kubu Oposisi Jokowi Dikabarkan akan Buat Kudeta, Bin Firman: Tak Ada Faksionalisasi Kalangan Militer

Dalam detailnya, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman saat ini sudah mengumpulkan tujuh whole genome sequencing dari Covid-19 di Jabodetabek.
Sedangkan, Universitas Airlangga (Unair) sudah mengumpulkan enam whole genome sequencing dari episentrum atau pusat wabah Covid-19 di Surabaya dan sekitarnya.

Seperti yang diberitakan Pikiran Rakyat, dari 13 whole genome sequencing ini hanya menghasilkan dua strain yang diidentifikasi sebagai strain Covid-19 yang beredar di Eropa.

Sehingga, sebelas strain sisanya masih dilabeli others atau masih belum masuk kategori yang dikenali oleh GISAID yang tak lain adalah bank data influenza dan coronavirus dunia.

Baca Juga: Empat Produknya Mampu Bunuh Virus Corona dalam 30 Detik, Mundipharma Sebut Berkumur Jadi Kunci

Lebih lanjut, dua kategori yang masuk strain Eropa ini berasal dari Surabaya dan diketahui berbeda dengan virus corona yang berkembang di Jabodetabek. Ini pun dinilai akan memengaruhi vaksin yang sedang terus diuji tersebut.

“Sebelas masih others, dua kategorinya strain Eropa. Dua Eropa ini datang dari Surabaya. Ada sedikit perbedaan antara virus yang berkembang yang di Surabaya dan yang di Jabodetabek. Tentunya ini akan berpengaruh terhadap vaksin yang akan dibuat," ujar Bambang.

Adapun Kemenristek/BRIN saat ini melakukan pengembangan vaksin secara paralel atau bersamaan. Strategi utama pengembangan vaksin dilakukan dengan mendukung dan mendanai LBM Eijkman dalam mengembangkan vaksin untuk sejumlah strain Covid-19 yang hanya menyebar di Indonesia.

Baca Juga: Peduli Kesehatan di Pesantren, Ratusan Santri asal Cirebon Difasilitasi Tes Swab

"Pengembangan vaksin dilakukan secara paralel dalam pengertian kita tetap mengembangkan vaksin yang dari awal dikembangkan di Indonesia dipimpin oleh Eijkman menggunakan platform yang namanya protein rekombinan,” ujarnya.

Lebih detail, Bambang menjelaskan pengembangan vaksin saat ini sedang dalam tahap untuk mengidentifikasi protein yang nantinya diujicobakan terhadap virusnya.

“Kelebihan dari metode ini adalah kami hanya melakukan pengembangan vaksin yang berbasis virus yang beredar di Indonesia, baik di Litbangkes maupun di Eijkman. Kalau kami bisa menemukan vaksin dari pendekatan ini, hampir pasti ini akan ampuh terhadap virus yang beredar di Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Kerja Jadi Sopir Raffi Ahmad dan Tidak Mau Digaji, Dorce: Kalau Saya Terima Uang Hari Ini Haram

Strategi kedua pengembangan vaksin adalah melalui bekerja sama dengan negara lain, yaitu Tiongkok dan Korea Selatan. Namun, Bambang mengatakan, strategi ini memiliki kelemahan karena Indonesia tidak bisa mendapatkan transfer teknologi terkait penemuan vaksin Covid-19.

"Selain yang dikembangkan di Indonesia kita juga menempuh jalur paralel, yaitu bekerja sama dengan pengembang luar. Kebetulan yang sudah diberitakan juga Bio Farma sudah bekerja sama dengan Sinovac dari Tiongkok yang sudah akan masuk tahap uji klinis di Indonesia. Uji klinis ini penting karena kuncinya nanti vaksin yang dikembangkan di Tiongkok bisa dikembangkan di Indonesia itu nanti kita akan mengeceknya di uji klinis bagi masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Sementara itu, Bambang menjelaskan juga bahwa tim pengembangan vaksin nasional sedang dibentuk yang beranggotakan seluruh kementerian yang terkait secara langsung dalam pengembangan vaksin.

Baca Juga: Angkat Tema Perbudakan, Film Gone With The Wind Ditarik HBO dari Perpustakaan Film

Tim pengembangan vaksi itu tidak hanya beranggotakan Kemenristek/BRIN, tetapi ikut menyertakan sejumlah kementerian, seperti Kementerian BUMN; Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Pengikutsertaan sejumlah kementerian itu akan memiliki peran masing-masing, seperti Kemenkes untuk imunisasi, Kemenlu bertugas dalam hal diplomasi vaksin dan Kemenperin untuk memproduksi vaksin.

Dengan demikian, pemerintah terus berupaya mendapatkan vaksin dalam waktu relatif cepat agar tidak tertinggal dibanding negara lain.

Baca Juga: Ketahuan Menyontek saat Ujian, Seorang Mahasiswa Putuskan Loncat Bunuh Diri dari Gedung Kampus

“Kemudian kami juga mengembangkan vaksin dari Indonesia sendiri yang diharapkan akan efektif terutama untuk virus yang beredar di Indonesia," jelas Bambang mengakhiri.*** (Muhammad Ashari)

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x