Mutasi Covid-19 Begitu Cepat, Pakar: Targetnya Bukan Berantas tapi Tekan Jumlah Orang Terinfeksi

- 22 Mei 2020, 09:35 WIB
Ilustrasi pandemi global virus corona (Covid-19).
Ilustrasi pandemi global virus corona (Covid-19). /- Foto: Pixabay/_freakwave_

PIKIRAN RAKYAT – Sulitnya pembuatan vaksin dan pemutusan rantai penyebab Covid-19 dinilai karena mutasi virus corona penyebab Covid-19 yang begitu cepat.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Antara, hal tersebut dikemukakan oleh Guru Besar Biologi Universitas Negeri Malang Profesor Mohamad Amin ditinjau dari ilmu virology.

"Berdasarkan tinjauan ilmu virologi, penyebaran pandemi Covid-19 ini tidak bisa diputus karena mutasi virus yang sangat cepat sehingga dapat menimbulkan varian-varian baru virus," ujar Mohamad Amin, Kamis 21 Mei 2002.

Baca Juga: PSBB Tahap Dua Digelar, Pemkot Cirebon Diharapkan Lebih Tegas Terapkan Regulasi

Amin menjelaskan, dari tinjauan ini juga tampaknya akan sulit untuk membuat vaksin maupun obat anti-virus.

Mengingat virus ini selalu bermutasi melahirkan varian-varian baru akan menyulitkan peneliti maupun ahli kesehatan untuk membuat desain obatnya.

"Desain obat harus fix atau permanen sebelum dibuat, ketika ada sedikit perubahan maka harus dilakukan desain yang baru," katanya.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Pemerintah Tegas Tak Mau Umumkan Kasus Corona Harian di Indonesia? Ini Faktanya

Dengan demikian, menurut pakar kesehatan tersebut yakni cara terbaik untuk menjalani kehidupan new normal, jika vaksin sulit ditemukan, adalah melakukan pencegahan agar tidak terlalu banyak orang masuk rumah sakit hingga melebihi kapasitas akibat Covid-19.

"Dengan demikian perlu menjalankan langkah-langkah preventif agar masyarakat yang masih sehat tidak terinfeksi Covid-19.

"Selain itu langkah lainnya yang perlu dilakukan adalah membuat orang sakit atau positif Covid-19 segera sembuh," ujar Mohamad Amin.

Baca Juga: Viral di Medsos, Klub Sepakbola Korsel Gunakan Boneka Seks untuk Siasati Kekosongan Tribun Penonton

Dalam paparannya, ia menyampaikan, kehidupan New Normal mendorong masyarakat harus beralih atau move on dengan mengubah pola pikir dan kebiasaannya karena tidak perlu berharap hilangnya virus corona dengan memutus mata rantai penularan 100 persen.

Masyarakat harus bisa menerima bahwa mereka tidak bisa lagi hidup normal kembali seperti semula pascapandemi Covid-19..

"Bagaimana cara cerdas menata kehidupan Normal Baru atau New Normal adalah kebiasaan-kebiasaan positif baru seperti kerja dari rumah, menggunakan masker dan menjaga jarak yang sudah kita lakukan untuk bertahan selama pandemi Covid-19. jangan ditinggalkan," kata Mohamad Amin.

Baca Juga: Belum Ada Kepastian Masuk Sekolah, Nadiem Makarim: Tunggu Keputusan Gugus Tugas Penanganan Covid-19

Selain itu Guru besar Biologi itu juga menambahkan, kita perlu menjadi masyarakat yang cerdas dengan memiliki wawasan ilmu dan pengetahuan.

Percaya diri atas ilmu yang diperoleh dan selalu mencari serta mengeksplorasi wawasan baru agar dapat berinovasi dan lebih produktif.

Kendati demikian, lanjut Amin, program kebijakan dalam menangani dan mencegah meluasnya penyebaran Covid-19, seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan menjaga jarak sosial harus tetap dilanjutkan.

Baca Juga: Bantu Perkuat Sistem Imunitas Tubuh, LIPI Ciptakan Kandidiat Obat Herbal untuk Lawan Covid-19

"Target saat ini bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin.

"Kalau nanti semakin banyak yang terinfeksi maka pelayanan kesehatan di Indonesia akan sangat kewalahan, dan kalau yang terinfeksi Covid-19 tidak segera mendapat pelayanan kesehatan maka proses penyembuhannya tidak cepat," ujar Mohamad Amin.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x