Sulitnya Jerat Buaya Indonesia, 6 Fakta di Balik Penyelamatan Buaya Berkalung Ban di Palu sampai Gandeng Ahli Reptil Australia

- 16 Februari 2020, 09:29 WIB
Buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi.*
Buaya berkalung ban di Palu, Sulawesi.* //Instagram @mattwright

PIKIRAN RAKYAT - Ketua Badan Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Tengah Hasmuni Hasmar mengadakan sayembara untuk melepaskan ban yang mengalungi seekor buaya di Muara Sungai Palu sejak 2016 lalu.

Keberadaan buaya berkalung ban ini, ditemukan bermula dari kemunculanya berjemur di tepi muara atau hanya sekadar menonggakkan kepalanya ke permukaan pusaran air di tengah Sungai Palu.

Setelah diketahui oleh masyarakat dan BKSDA, akhirnya beberapa upaya penyelamatan satu persatu mulai dilakukan. Proses penyelamatan yang berlangsung sangat lama hingga menghabiskan waktu sekitar empat tahun.

Baca Juga: Jajal Partai Ganda Lawan India di BATC 2020, Susy Susanti: Minions adalah Kartus As Tim Putra Didetik-detik Penentuan Juara

Buaya terperangkap ban diduga karena jeratan warga

Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Haruna menyatakan, bahwa kemungkinan buaya tersebut terjerat oleh ban sepeda motor karna sedang diburu warga.

Pernyataan tersebut sesuai dengan beredarnya sebuah video, buaya berkalung ban terjerat jaring warga serta diduga buaya malang itu juga mengalami luka-luka yang cukup banyak akibat tergesek di tiang perangkap warga Palu.

Namun, melihat keadaan buaya terluka cukup parah pihak warga melepas buaya malang itu dengan keadaan ban masih mengalungi lehernya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Cirebon Minggu 16 Februari 2020: Hujan Berintensitas Ringan dan Sedang Basahi Kota Udang

Seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Kantor Berita Antara, diperkirakan terdapat 100 buaya hidup dan berkembang biak di kawasan tersebut sehingga dianggap mengancam kehidupan warga sekitar.

Agar tidak membahayakan, diduga warga memburu buaya menggungakan jaring dan ban serta berencana memelihara reptil pemakan daging itu.

Sayembara BKSDA

Setelah melakukan berabagai strategi penyelamatan dari jala yang diberi pemberat hingga menggunakan kerangkeng, namun upaya penyelamatan buaya berkalung ban tersebut tidak berhasil.

Baca Juga: Sai Praneeth Cedera di Tengah Laga, Anthony Akui Diuntungkan Buka Peluang Tanpa Terkuras Tenaga

Hasmuni akhirnya memutuskan untuk mengadakan sayembara bagi siapa saja orang yang mampu mengeluarkan ban dari tubuh buaya akan diberi imbalan yang setimpal.

Kebijakan ini diambil pihak BKSDA, mengingat sang buaya sejak pertama kali ditemukan berukuran cukup kecil.

Namun buaya jenis Crocodylus Prorous ini diduga akan terus tumbuh dan bertambah besar, sehingga ban yang mengalungi lehernya dapat mencekiknya dan membuat ia mati perlahan.

Baca Juga: Kisah Dibalik Buaya Berkalung Ban di Sulawesi Tengah, Muncul Sejak 4 Tahun Lalu dan Sering Main Kucing-kucingan

Sayembara sepi peminat, dibentuk Satgas

Setelah baru-baru ini kepala BSDA mengumumkan sayembara tersebut, beberapa diantaranya seperti Rescuer Panji Petulang turut mencoba membantu proses penyelamatan tersebut, namun lagi-lagi nihil.

Hingga akhirnya sayembara itu pernah dikabarkan sepi peminat dan akhirnya pihak BKSDA membentuk Satgas yang terdiri dari Polisi Air dan Udara Polda Sulawesi Tengah serta tim KKH Jakarta.

"Upaya melepaskan ban di leher buaya tidak akan  menggunakan tembakan bius, namun menggunakan metode harpun, sejenis alat tombak yang dibuat lebih aman," kata Ketuga Satgas.

Baca Juga: Gerebek Klinik Aborsi Ilegal, Polisi Temukan Ratusan Janin di Dalam Septic Tank

Upaya penangkapan tim Satgas berlangsung sejak 6 Februari 2020

Terbentuknya tim Satgas seperti harapan baru bagi Ketua BKSDA, pasalnya upaya penangkapan secara intensif mulai dilakukan dan dijadwalkan secara masif sejak 6 Februari 2020.

Startegi awal mula yang dilakukan tim Satgas dalam upaya penyelamatan itu dengan melakukan penyisiran Sungai Palu mulai dari bagian sisi muara, tengah pusaran, serta menggunakan umpan ayam.

Namun, usaha tersebut tetap gagal dan tim akhirnya menyerah dan kembali membuka sayembara tersebut serta mulai mencari ahli-ahli reptil di Indonesia bahkan di Luar Negeri.

Baca Juga: Budayawan Ridwan Saidi Sebut Kerajaan Galuh Brutal, Bupati Ciamis: Kalau Perlu Dituntut secara Hukum

Ahli reptil Australia terbang ke Palu

Warganet dan BKSDA Sulawesi Tengah sangat senang melihat antusia ahli reptil asal Australia, Matt Wright dan Chris Wilson yang mau membantu tim Satgas untuk melakukan evakuasi buaya berkalung ban.

"Saya telah mengikuti perkembangan buaya ini selama 18 bulan terakhir dan selalu mencoba strategi penyelamatan terbaik dari sini untuk membantu melakukan penyelamatan.

"Selain itu saya juga khawatir melihat badan buaya yang sudah berkalung ban sejak 2016 lalu membesar dan membuat ban menjadi lebih ketat melilit.

Baca Juga: Mempengaruhi Memori dan Kekebalan Tubuh, Berikut 7 Tanda Bahwa Stres Benar-benar Membunuh

"Akhirnya pihak Indonesia telah mengontak saya dan dan kami bersepakat untuk terbang ke Indonesia bulan ini membantu misi penyelamatan itu," tulisnya dalam akun Twitter @mattwright.

Matt Wright dan Tim BKSDA  mulai melakukan penyelamtan 

Matt Wright dan kawannya telah sampai di Indonesia pada Sabtu, 9 Februari yang lalu. Ia mengabadikan momen-momen penyelematan sang buaya lewat video yang diunggahnya dalam akun Instagram pribadinya.

Ia sebelumnya telah diberi informasi secara detail tentang kondisi di lapangan (Sungai Palu, red.) oleh pihak Kementerian Kehutanan dan organisasi lokal terkait.

Baca Juga: Soal Pengembangan Alun-Alun Kejaksan, Disdik Tegaskan Tidak Ganggu Jadwal Praktik Olahraga Siswa

Matt telah membuat sebuah rencana penyelamatan buaya selama tujuh hari di Sulawesi Tengah, namun ia sangat mengimbau kepada masyarakat untuk tidak melakukan penangkapan kepada buaya tanpa arahan dari pemerintah setempat, karena hal tersebut akan berdampak pada proses penangkapan nanti.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

A little update, there’s not really much to update except this croc has been tough to catch. I did get a couple really good shots last night, but wasn’t on my game and missed, ???? It’s all about getting the right opportunity to get a good run at catching him and there far and few between. Anyway the crew I’m working with have exhausted there funds and need a little help from us, check my bio for the link to the #Gofundme page, thanks for everyone’s support. I’ll through in twin share @topendsafaricamp for the highest amount that gets donated. Thanks gang I’ll update tomorrow with hopefully good news. @willow_nt #palu #palucroc #nine #thetodayshow #crocodile #australia #indonesia @persijajakartanews @jakartanews_ @gnfi @bbcindonesia @gtvindonesia_news @bksda_jakarta @antaranewscom @liputan6 @tiwiislandretreat @darwinairboattours @topendsafaricamp

A post shared by Matt Wright (@mattwright) on

Selain faktor keselamatan proses evakuasi ini memang hanya boleh dilakukan oleh para ahli dan tidak sembarangan orang. Dan ia pun mengatakan kekecewaannya terhadap perilaku masyarakat setempat yang melakukan penjeratan ini.

Baca Juga: Resmi Lantik Setiawan Wangsaatmaja, Ridwan Kamil: Tolong Hindari Politik Praktis

Sulitnya jerat buaya Indonesia

Matt dan kawannya merasa kesulitan dalam menangkap buaya berkalung ban tersebut karena perilakunya yang kerang muncul lalu menghilang. Serasa main kucing-kucingan, kawan Matt, Chris Wilson memutuskan untuk pulang terlebih dahulu ke Australia.

"Aku tidak akan pulang dulu sebelum berhasil menangkapnya," ucap Matt memalas kerinduan sang istri dan anaknya dirumah.

Tangkapan layar Matt.*
Tangkapan layar Matt.*
***

 

Editor: Tyas Siti Gantina


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x