Mengejutkan! Ternyata Potensi Radikalisme di Indonesia Menurun di Tahun 2020

- 17 Desember 2020, 12:27 WIB
Mengejutkan! Ternyata Potensi Radikalisme di Indonesia Menurun di Tahun 2020, Ilustrasi tolak radikalisme / DOK PMJ News.*
Mengejutkan! Ternyata Potensi Radikalisme di Indonesia Menurun di Tahun 2020, Ilustrasi tolak radikalisme / DOK PMJ News.* /PMJ News
PR CIREBON - Survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyebut fakta bahwa potensi radikalisme di Indonesia menurun pada tahun 2020, dibandingkan tahun sebelumnya.
 
Survei ini dilaksanakan dengan bekerjasama dengan Alvara Strategi Indonesia, The Nusa Institute, Nasaruddin Umar Office, dan Litbang Kementerian Agama.
 
Indeks potensi radikalisme pada 2020 mencapai 14,0 (pada skala 0-100) atau turun 12,2 persen dibanding pada 2019 yang mencapai 38,4 (pada skala 0-100), menurut survei yang dirilis BNPT saat rapat di Bali, Rabu 16 Desember 2020.
 
 
“Tentunya ini merupakan kabar gembira, artinya kerja-kerja kontra radikalisme telah membuahkan hasil. Menurunnya potensi radikalisme, jangan sampai membuat seluruh elemen yang terlibat dalam kerja-kerja kontra radikalisme menjadi berpuas diri dan terlena. Justru harus terus lebih keras lagi melakukan diseminasi untuk melawan propaganda kelompok radikal intoleran dan radikal terorisme,” kata Kepala BNPT, Komisaris Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.
 
Ia menambahkan masalah proses radikalisasi di Indonesia secara global memang cenderung menurutn. Sesuai indeks terorisme global, Indonesia menempat urutan ke-37.
 
"Di ASEAN, posisi itu lebih rendah dibandingkan Filipina dan Thailand, namun kewaspadaan harus terus dilakukan," kata dia.
 
 
Ia melihat penetrasi dari jaringan teroris internasional dalam proses radikalisasi itu dengan keberadaan dunia maya atau digital tidak bisa dihindarkan karena kelompok teroris itu melihat pangsa pasarnya seperti generasi milenial, generasi Z, penggunanya sangat tinggi di dunia maya.
 
“Mereka tahu karena yang disasar ini anak muda, jadi bukan lagi yang tua-tua. Bagi mereka yang tua itu masa lalu, tapi masa depan mereka adalah generasi muda,” katanya.
 
Selain menurunya potensi radikalisme secara umum, survei juga menemukan terjadinya feminisasi radikalisme dimana indeks potensi radikalisme pada perempuan sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki.
 
 
Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 12,3 persen sedangkan indeks potensi radikalisme pada laki-laki pencapai 12,1 persen.
 
Selain itu juga terjadi urbanisasi radikalisme. Urbanisasi radikalisme merujuk pada lebih tingginya indeks potensi potensi radikalisme di kalangan perkotaan dibanding di pedesaan.
 
Temuan penelitian 2020 menunjukkan indeks potensi radikalisme di masyarakat urban mencapai 12,3 persen dan di masyarakat rural mencapai 12,1 persen.
 
 
Selain itu juga terjadi radikalisasi generasi muda dan warganet yang menunjukkan bahwa indeks potensi radikalisme pada generasi Z mencapai 12,7 persen; kemudian pada milenial mencapai 12,4 persen dan pada gen X mencapai 11,7 persen.
 
Hal ini tidak lepas dengan fenomena warganet yang aktif mencari konten keagamaan di internet memiliki indeks potensi radikalisme yang lebih tinggi (12,6 persen) dibanding dengan warganet yang tidak aktif mencari konten keagaman di internet (10,8 persen).
 
Juga warga jejaring yang suka menyebar konten keagamaan ternyata lebih tinggi (13,3 persen) dibanding warga jejaring yang tidak menyebar konten keagamaan (11,2 persen).
 
 
Kepala BNPT menilai keberadaan jaringan teroris global seperti Al Qaeda dan ISIS sangat mempengaruhi cara berpikir warganet, terutama generasi muda.
 
Kelompok teroris ini berharap dengan penetrasi melalui dunia digital akan semakin banyak pendukung mereka yang mengusung ideologi terorisme yang karakternya mengedepankan kekerasan, intoleran, menghalalkan segala cara.
 
“Itu tantangan buat kita bahwa hilangnya pemahaman mereka terhadap ke-Indonesiaan, membuat mereka harus larut dalam kondisi seperti ini. Kelompok jaringan teror terus perang opini di dunia maya untuk meyakinkan seluruh isi dunia ini bahwa mereka layak untuk diikuti," kata dia.
 
 
"Karena itu kita harus terus berupaya jangan sampai semakin banyak korban dari generasi milenial, generasi Z, kemudian menyasar kaum orang tua agar tidak jadi bagian pergerakan itu,” katanya.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x