Bamsoet: Hubungan Indonesia dan Muhammadiyah Tak Bisa Dipisahkan, Seperti Orang Tua dan Anak

19 November 2020, 06:03 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo /mpr.go.id

PR CIREBON – Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengungkapkan bahwa Indonesia dan Muhammadiyah merupakan satu hal yang tak terpisahkan.

“Layaknya orang tua dan anak,” kata Bamsoet saat menghadiri Milad Ke-108 Persyarikatan Muhammadiyah, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Rabu 18 November 2020.

Tutur hadir baik secara fisik maupun virtual, antara lain Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia Jusuf Kalla, Menko Polhukam Mahfud MD, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, menteri Agama Fachrul Razi, serta dua wakil ketua MPR RI, Ahmad Basarah dan Zulkifli Hasan.

Baca Juga: Apakah Vaksin Covid-19 Bisa Membentuk 'Herd Immunity'? Berikut Penjelasan Para Ahli

Sejak awal perjuangan dan mengisi kemerdekaan, lanjut Bamsoet, Muhammadiyah menyadari bahwa kemajemukan bangsa adalah fitrah sekaligus rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa.

“Nilai inilah yang harus terus disuburkan, mengingat Indonesia didirikan bukan atas satu agama tertentu, melainkan atas sumbangsih berbagai kalangan umat beragama,”tuturnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Menurut Bamsoet, selama 108 tahun perjalanan Persyarikatan Muhammadiyah menunjukan bahwa pengabdiannya terhadap bangsa Indonesia jauh sebelum negara Indonesia merdeka.

“Kontribusi Muhammadiyah terhadap kemerdekaan Indonesia pun tak perlu diragukan,” kata Bamsoet.

Baca Juga: Soroti Pencopotan Jabatan 2 Kapolda, dr Tirta: Kami Merasakan Hal yang Sama

Paling besar, kata dia, terlihat dari peran ketua umum ke-5 Muhammadiyah Ki Bagoes Hadikoesoemo, sebagai perwakilan kalangan agama di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang tak memaksakan Piagam Jakarta dan menerima Pancasila sebagai ideologi negara.

Mantan ketua DPR RI itu mengapresiasi kiprah dakwah Muhammadiyah yang selalu mengedepankan tanwir (mencerahkan) dan tabsyir (menggembirakan), serta tak menggunakan cara kekerasan, apalagi menjadikan agama sebagai sumber konflik dan perpecahan.

Tak mengherankan, lanjutnya, jika dalam membangun Indonesia melalui dakwah, Muhammadiyah menempuh tiga jalur yang dikenal dengan Amal Usaha Muhammadiyah.

“Pertama, pendidikan dengan mendirikan sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi; kedua mendirikan balai pengobatan dari mulai klinik hingga rumah sakit; ketiga, mendirikan panti, baik untuk anak-anak hingga orang tua,” ucapnya.

Baca Juga: Susul Anies Baswedan, Ridwan Kamil dan Ade Yasin Dipanggil Polri Terkait Acara Habib Rizieq di Bogor

Bamsoet yang merupakan warga kehormatan Muhammadiyah ini mengatakan bahwa Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah pernah merilis riset yang dimiliki Persyarikatan Muhammadiyah.

Amal usaha pendidikan tercatat 3.370 TK, 2.901 SD/MI, 1.761 SMP/MTs, 941 SMA/SMK/MA, 67 pondok pesantren, dan 167 perguruan tinggi.

Dia menyebutkan amal usaha kesehatan tercatat sebanyak 47 rumah sakit, 217 poliklinik, dan 82 klinik bersalin, sedangkan amal usaha pelayanan sosial memiliki lebih 318 panti asuhan, 54 panti jompo, dan 82 rehabilitas cacat.

“Berbagai amal usaha tersebut jumlahnya pasti akan terus bertambah. Jika ditaksir, seluruh aset yang dimiliki Muhammadiyah bisa mencapai Rp 320 triliun. Ini menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan Muhammadiyah,” kata Bamsoet.

Baca Juga: Pemkot Jakpus Tutup Layanan Kantor Kelurahan Petamburan Usai Lurah Dikonfirmasi Positif Covid-19

Wakil ketua Umum Pemuda Pancasila itu juga mengingatkan, sebagaimana juga sering disampaikan Presiden Jokowi, saat ini Indonesia sedang dihadapkan pada maraknya penyalahgunaan ajaran agama ketika individu hingga kelompok memakai agama untuk menyebarkan kebencian dan memecah belah bangsa.

Tak jarang, kata Politikus senior Partai Golkar itu, penyalahgunaan agama tersebut masuk ke berbagai instansi pemerintah.

Bamsoet mencontohkan BUMN Watch pada tahun 2019, mengindikasikan terhadap 15 sampai 20 persen pegawai BUMN terpapar radikalisme. Bahkan para tokoh radikal diberikan kesempatan menyampaikan orasi di masjid-masjid BUMN.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler