Ceramah Bernada Kebencian ala Habib Rizieq Dinilai, Cendekiawan: Bikin Pengikut Sesuai Kemauannya

16 November 2020, 06:42 WIB
Habib Rizieq Shihab, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) /

PR CIREBON - Acara pernikahan putri Habib Rizieq, Syarifah Najwa Shihab memang diadakan bersamaan dengan acara memperingati maulid nabi pada Sabtu malam 14 November 2020 lalu.

Bahkan, acara tersebut digelar secara besar-besaran dengan tamu undangan 10 ribu tamu, tetapi ternyata isi ceramah Habib Rizieq dalam kegiatan maulid nabi itu telah menimbulkan polemik.

Hal tersebut membuat cendekiawan muslim, Islah Bahrawi sangat menyayangkan ceramah yang melontarkan caci maki tanpa batas dengan kalimat-kalimat vulgar di hadapan ribuan orang.

"Ia berapi-api dalam kobar kemarahan yang luar biasa. Ayat-ayat suci terlontar untuk mempertegas kebencian, fanatisme dan isu sektarian - bercampur baur dengan kata-kata kotor," kata Islah dalam akun Instagramnya, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com.

Baca Juga: Banyak WNA Masuk Indonesia Lewat Jalur Udara, Imigrasi Perketat WNA Demi Cegah Penyebaran Covid-19

Sesungguhnya pernyataan Islah ini dapat diperkirakan mengarah pada ceramah yang dilakukan imam besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

Habib Rizieq Shihab secara berkali-kali menyebut hal yang tidak baik dalam ceramah Maulid Nabi Muhammad SAW pada Sabtu malam 14 November.

Diduga sindiran yang dimaksud Habib Rizieq adalah seseorang yang telah menghina Habib Rizieq.

Potongan ceramah Habib Rizieq Shihab pun viral dan menggegerkan warganet.

Komentar artis yang sebelumnya menyentil Habib Rizieq itu ditanggapi oleh Habib Rizieq di depan jemaahnya.

Baca Juga: BPPTKG Sebut Status Gunung Merapi Siaga, Namun Aktivitasnya Cenderung Stabil

Menurut Islah, upaya ceramah dengan kebencian mirip yang dilakukan seorang pendakwah agama Pakistan, Maulana Abdul Jabbar.

Ia menceritakan, tahun 2018 lalu, ia berkeliling dari mimbar ke mimbar mengobarkan kebencian kepada pemerintahan Pakistan akibat dukungan politiknya tumbang oleh kemenangan PM Imran Khan.

Jabbar menyimpan dendam, agama dijadikan alat serang. Ia lalu ditangkap, tapi pendukungnya tiada henti mengepung kantor polisi.

"Jabbar terpaksa dibebaskan dengan jaminan," ujarnya.

Islah menyayangkan agama lagi-lagi agama di bawa serta, memanjangkan lidah demi hasutan, mulutnya mengobarkan api kebencian. Agama, ayat-ayat dan ujaran kebencian menjadi leburan kemunafikan kata-kata.

"Sorban dan jubah di tubuhnya ternyata berguna untuk menampung cipratan ludah kotornya," terangnya.

Baca Juga: Bukan Hanya Sanksi Dunia Buat Habib Rizieq, Satgas Covid-19: Akhirat Diminta Tanggung Jawab Juga

Ia menggiring pengikutnya untuk membenci yang ia benci dan memuji apa yang ia puji, artinya pengikut bergerak sesuai kemauannya.

"Agama dan umat dijadikan tunggangan untuk menggertak, menyerang siapapun dan menjadikan apapun yang ia mau," jelasnya.

Menurutnya, agama hanya dijadikan tunggangan oleh orang-orang yang tidak menduga dirinya akan terkapar.

"Ia merasa populer dan merasa terhormat, padahal ia sekarat, ia gelap - ia merasa tidak seperti orang kebanyakan yang tetap tegak berdiri," paparnya.

"Lalu semua orang yang tidak disukai dianggap lawan. Para penunggang itu, membangun populisme dengan mengancam dan melecehkan orang lain, menyuntikkan obat bius berupa rajah-rajah dan azimat palsu kepada pengikutnya agar dirinya selalu dianggap raja diraja," tambahnya.

Baca Juga: Angkat Kuliner Khas Jember, Khofifah: Pecel dan Gudeg Bisa Dinikmati dalam Satu Piring

Ia menilai kemarahan, arogansi, dan orang yang selalu merasa paling besar, akan dihantui oleh proses kecerdasan kognitif orang lain.

"Ia takut dalam sendiri, ia memaksa selalu berada dalam kerumunan. Karena keberaniannya hanya ditemukan dari puja-puji, oksigen kehidupan yang dia hirup hanya berasal dari caci maki. Ia hidup, tapi sebenarnya telah mati berkali-kali," pungkasnya.

***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Instagram

Tags

Terkini

Terpopuler