Kominfo: 90 Persen Hoaks Digunakan sebagai Alat Propaganda

10 November 2020, 21:25 WIB
Kominfo turut buka suara soal beredarnya video syur diduga mirip Gisel. Kominfo sudah dan akan terus melakukan takedown video terkait dari semua lini media sosial /ANTARA/
PR CIREBON - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat sebanyak 90 persen berita bohong atau hoaks yang beredar di tengah masyarakat disebarluaskan secara sengaja melalui dunia digital sebagai alat propaganda.
 
Hal itu disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kominfo Prof. Dr. Widodo Muktiyo dalam webinar bertema “Literasi Pemuda Tangkal Hoaks di Masa Pandemi Covid-19” di Jakarta pada Selasa 10 November 2020.
 
“Berita bohong yang muncul didalam digital itu disengaja, artinya dengan sadar ingin mengacaukan dunia digital,” kata Dirjen Widodo Muktiyo, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari InfoPublik ID.
 
Baca Juga: Eksklusif Dibongkar Habib Rizieq Diasingkan, HRS: Fitnah Jika Saya Disebut Bermasalah Hukum
 
Dijelaskannya, meskipun kita berada di dalam kehidupan digital yang tidak bisa lepas dari internet, handphone (HP) dan media sosial namun kita mempunyai pilihan untuk menggunakan nya dengan baik dan bijak.
 
Kita, lanjut Widodo, bisa berhati-hati dan kritis dalam menerima informasi yang setiap hari beredar untuk meredam hoaks.
 
“Informasi yang beredar bisa menjadi ‘makanan’ yang menyehatkan tapi bisa juga menjadi ‘racun’ yang mengganggu kehidupan kita. Informasi bisa seperti pandemi kalau tidak berhati-hati, bisa menjadi tsunami informasi,” tegasnya.
 
Baca Juga: Palestina Berduka Kehilangan Negosiator Veteran, Saeb Erekat Meninggal Dunia Terinfeksi Covid-19
 
Hoaks bisa muncul kapan saja dan dimana saja melalui media sosial, apalagi di tengah pandemi Covid-19 sejak awal pandemi hingga sekarang sudah ada lebih dari 1.220 hoaks yang beredar.
 
Oleh karena itu, Dirjen Widodo Muktiyo berpesan, masyarakat harus berhati-hati apabila menerima suatu informasi atau berita. 
 
“Kalau mendapat informasi yang diduga sensasional, sumbernya meragukan, bahasanya propokatif, sebaiknya kalau mau dihapus ya dihapus saja. Kalau ingin melihat silahkan dicek dulu kebenarannya melalui cek fakta,” ujarnya.
 
Sementara itu, CEO Good News From Indonesia Wahyu Aji mengatakan, kalangan yang paling kuat terhadap hoaks adalah masyarakat muda karena tingkat literasinya sudah sangat baik dibandingkan dengan kalangan lainnya.
 
Baca Juga: Harapan Wakil Anies di Hari Pahlawan 2020, Ahmad Riza: Dulu Merebut Kemerdekaan, Kini Lawan Covid-19
 
“Kalangan yang paling kebal atau tahan terdahap hoaks adalah anak muda. Karena literasi mereka lebih baik dan terbiasa dengan dunia digital,” jelasnya.
 
Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi peluang bagi anak-anak muda untuk menjadi duta literasi yang sangat bermanfaat di tengah masyarakat dalam memanfaatkan media sosial.
 
“Media sosial sekarang efeknya tidak main-main. Hoaks tidak boleh dianggap sesuatu yang remeh. Kita harus aware potensinya sekaligus bahayanya,” pungkas Aji.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Info Publik

Tags

Terkini

Terpopuler