Menanggapi keunikan warganya, pihak Dinas Kesehatan setempat berdalih bahwa kebanyakan pasien enggan ke rumah sakit lantaran cuma menderita gejala ringan.
"Sebagian besar pasien menderita gejala ringan. Layanan telemedicine pun cukup, mungkin itu alasannya banyak tempat tidur di rumah sakit kosong," ungkap Kepala Deputi Dinas Kesehatan setempat, Nasima Sultana seperti yang dikutip dari AFP.
Baca Juga: Putra Mahkota Saudi Kembali Terseret Kasus Jamal Khashoggi, PBB: Pangeran Salman Tersangka Utama
Tanggapan lain pun datang dari aktivis HAM untuk kesehatan Bangladesh, Rashid e Mahbub yang menilai bahwa warga Bangladesh sudah terlanjut menciptakan persepsi negatif, sehingga mereka lebih memilih berada di rumah. Sedangkan, hanya orang mampu yang dapat menerima perawatan di rumah sakit swasta.
"Persepsi negatif sudah terlanjur tercipta, dan membuat banyak pasien lebih memilih di rumah. Cuma sedikit yang mampu mendapat perawatan di rumah sakit swasta," jelas Rashid dalam pernyataannya.
Baca Juga: Kena Pecat usai Nekat Buatkan KTP Buronan Djoko Tjandra, Anies: Hanya ASN yang Salahi Aturan
Sementara itu, seorang wanita yang mengalami infeksi Covid-19 bersama 7 anggota keluarganya mengungkapkan alasannya tak mau ke rumah sakit.
Meskipun, saat itu ibunya put terlihat kesulitan bernapas hingga ke level yang berbahaya, tetapi dia tetap enggan ke rumah sakit atau sekedar menyewa tabung oksigen.
"Kami mendengar dokter dan perawat di rumah sakit ogah mendekati pasien karena takut tertular," pungkas wanita itu.***