Bangladesh Hadapi Persepsi Pandemi Covid-19, Pilih Mati di Rumah daripada Dibawa Ke Rumah Sakit

- 13 Juli 2020, 10:49 WIB
Suasana rumah sakit di Bangladesh. Ribuan tempat tidur di rumah sakit kosong meski angka penderita Covid-19 di Bangladesh terus merangkak naik.
Suasana rumah sakit di Bangladesh. Ribuan tempat tidur di rumah sakit kosong meski angka penderita Covid-19 di Bangladesh terus merangkak naik. /AFP

PR CIREBON - Kebanyakan rumah sakit di dunia kewalahann dengan tumpukan pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap hingga buat tenaga medis bekerja tanpa henti.

Namun rupanya, hal ini akan berbanding 180 derajat berbeda di Bangladesh. Tepatnya, berbagai rumah sakit di wilayah Dhaka justru alami kekosongan tempat tidur.

Ini seolah menentang mayoritas orang-orang di seluruh dunia ingin sembuh dari Covid-19 hingga sanggup memenuhi berbagai sudut rumah sakit.

Baca Juga: Mikro Droplet Covid-19 Lebih Berbahaya dan Tak Bisa Dicegah Faceshield, Yuri: Masker, Lebih Baik

Saat ini, warga Dhaka lebih memilih untuk kehilangan nyawa di rumah sendiri daripada harus dibawa ke rumah sakit.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, ini terbukti dengan ribuan tempat tidur di rumah sakit Bangladesh, kosong tak terisi pasien meski angka pasien Covid-19 negara itu terus meningkat.

Melansir dari World O Meter per Senin, 13 Juni 2020, Bangladesh telah mencatatkan 183.795 kasus positif Covid-19 dengan rata-rata 3.000 penambahan kasus baru setiap harinya. Jumlah pasien yang meninggal pun telah mencapai 2.352 orang.

Baca Juga: Netizen Indonesia Naik Pitam, Media Tiongkok Sebut Batik sebagai Kerajinan Tradisional Asli Tiongkok

Bertentangan dengan data itu, jumlah pasien di rumah sakit yang tertampung di Ibu Kota Dhaka tercatat hanya 4.750 dari 6.305 tempat tidur yang tersedia.

Artinya, lebih dari 1500 tempat tidur ditelantarkan begitu saja lantaran tak ada pasien yang mau dirawat.

Menanggapi keunikan warganya, pihak Dinas Kesehatan setempat berdalih bahwa kebanyakan pasien enggan ke rumah sakit lantaran cuma menderita gejala ringan.

"Sebagian besar pasien menderita gejala ringan. Layanan telemedicine pun cukup, mungkin itu alasannya banyak tempat tidur di rumah sakit kosong," ungkap Kepala Deputi Dinas Kesehatan setempat, Nasima Sultana seperti yang dikutip dari AFP.

Baca Juga: Putra Mahkota Saudi Kembali Terseret Kasus Jamal Khashoggi, PBB: Pangeran Salman Tersangka Utama

Tanggapan lain pun datang dari aktivis HAM untuk kesehatan Bangladesh, Rashid e Mahbub yang menilai bahwa warga Bangladesh sudah terlanjut menciptakan persepsi negatif, sehingga mereka lebih memilih berada di rumah. Sedangkan, hanya orang mampu yang dapat menerima perawatan di rumah sakit swasta.

"Persepsi negatif sudah terlanjur tercipta, dan membuat banyak pasien lebih memilih di rumah. Cuma sedikit yang mampu mendapat perawatan di rumah sakit swasta," jelas Rashid dalam pernyataannya.

Baca Juga: Kena Pecat usai Nekat Buatkan KTP Buronan Djoko Tjandra, Anies: Hanya ASN yang Salahi Aturan

Sementara itu, seorang wanita yang mengalami infeksi Covid-19 bersama 7 anggota keluarganya mengungkapkan alasannya tak mau ke rumah sakit.

Meskipun, saat itu ibunya put terlihat kesulitan bernapas hingga ke level yang berbahaya, tetapi dia tetap enggan ke rumah sakit atau sekedar menyewa tabung oksigen.

"Kami mendengar dokter dan perawat di rumah sakit ogah mendekati pasien karena takut tertular," pungkas wanita itu.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: AFP World o Meters Channel New Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x