Selepas pembunuhan massal, Tsukamoto telah bekerja sebagai pengasuh, tetapi pusat penitipan anak tempatnya bekerja jadi lebih sedikit pelanggan karena penyebaran virus corona.
Baca Juga: Ketakutan Aceh Terima Pengungsi Rohingya di Tengah Pandemi, SUAKA: Kemanusiaan Harus Didahulukan
Sontak saja, dia mulai lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya. Untuk mengisi waktu luangnya, Tsukamoto membersihkan rumah orangtuanya hingga akhirnya memikirkan barang-barang putrinya.
Pada saat itu, benaknya hanya terpenuhi pikiran untuk membersihkan kamar tetapi selalu mengurungkan niatnya kembali. Namun semakin sering di rumah, Tsukamoto memutuskan untuk mulai membersihkan kamar dan barang-barang milik Kana.
Terlebih, selama ini dia tidak ingin orang lain menyentuh barang-barang Kana, sehingga dia memutuskan untuk membersihkannya sendiri.
Baca Juga: Sengaja Bakar Bersamaan Bendera PDIP dan PKI, Ganjar Pranowo: Kami Siap Ambil Langkah Hukum
Hasil pembersihan kamar itu, Tsukamoto membuang beberapa barang milik Kana untuk mengurangi kesedihannya. Hanya saja, beberapa piyama yang dikenakan Kana di pagi hari sebelum dia terbunuh, diputuskan untuk tetap disimpannya.
"Ini adalah proses langkah demi langkah. Aku akan mencoba lagi ketika aku memiliki keberanian untuk membuat keputusan," ungkap Tsukamoto seperti yang dikutip dari dari Asahi Shimbun.
Sementara itu, setiap tanggal 8 Juni pukul 10.10 pagi, Sekolah Dasar Ikeda selalu mengadakan upacara peringatan yang dihadiri seluruh murid yang akan terdengar denting lonceng sebagai tanda mengenang para korban.***(Abdul Muhaemin)