Terlebih, apabila harus mengumpulkan dana dari negara-negara donor di tengah keadaan darurat.
Baca Juga: Demi Temukan Vaksin Corona, Tiongkok Sediakan Lebih dari 20 Ribu Kera Percobaan hingga Stok Menipis
Sedangkan bila menilik ke belakang, negara-negara Eropa memang terlihat sesekali menyerukan reformasi WHO, tetapi hanya mengarah untuk melindungi organisasi dari kritik paling keras oleh Washington.
Namun, risalah konferensi video para menteri kesehatan Uni Eropa pekan lalu menyarankan negara-negara Eropa mengambil garis yang lebih kuat, sekaligus juga mencari pengaruh Eropa lebih banyak dalam tubuh WHO di masa depan.
Hal ini pun didukung para menteri Jerman dan Perancis yang menegaskan bahwa evaluasi dan reformasi WHO memang perlu, sehingga seruan reformasi tidak berhenti.
Baca Juga: Buntut Konflik Perbatasan, Nasionalis India Disebut Harus Berhenti Boikot Produk Tiongkok
Lebih detailnya adalah Jerman, seorang juru bicara kementerian kesehatan Jerman mengungkapkan bahwa Berlin mencari kerja sama yang lebih kuat dengan WHO, sebelum Jerman mengambil alih kepresidenan Uni Eropa pada 1 Juli mendatang.
Melansir dari Reuters, alasan Berlin melakukan itu adalah untuk mendorong perdebatan antar negara-negara Uni Eropa terkait cara mereformasi WHO. Meskipun Jerman masih merasa waktu reformasi organisasi internasional dapat berlangsung bertahun-tahun lamanya.
Melalui juru bicaranya, Prancis pun membenarkan maksud Jerman dan memastikan WHO akan menjadi agenda kepresidenan Jerman dalam Uni Eropa. Prancis membenarkan itu karena turut mendukung reformasi WHO dengan perubahan yang harus mengikuti evaluasi penanganan organisasi terhadap krisis Covid-19.
Baca Juga: Hubungan Diplomatik Memanas, India dan Tiongkok Punya Ikatan Erat dan Saling Membutuhkan