Nadim Nashif, direktur organisasi nirlaba bernama 7amleh yang mengadvokasi hak digital Palestina, mengatakan penjelasan itu tidak masuk akal bagi mereka.
“(Ini) sangat aneh, seperti yang Anda tahu, membandingkan apa yang terjadi di lingkungan tertentu di Yerusalem, dengan negara-negara besar seperti Kanada, AS, dan Kolombia,” ujarnya.
Baca Juga: Aurel Hermansyah Keluarkan Semua Barang dari Kamar, Atta Halilintar: Ngidamnya Aneh Banget
“Kedengarannya tidak masuk akal bagi kami, tidak terdengar seperti benar-benar menjelaskan Karena di Kanada dan AS mereka menurunkan cerita-cerita yang bertopik bermacam-macam, (tapi) di sini tentang (a) hashtag tertentu, khususnya tentang Syekh Jarrah,” lanjutnya.
Nashif mengatakan penyensoran terhadap warga Palestina terjadi melalui dua saluran.
“Salah satu faktornya adalah apa yang dilakukan Israel, mereka pada dasarnya mencoba mendorong platform media sosial untuk mengadopsi standar mereka sendiri tentang apa yang seharusnya ada dan apa yang tidak boleh ada. Terutama ada kerja sama yang kuat antara mereka dan Facebook”.
Menurut Nashif, ini mengarah pada apa yang disebut penghapusan sukarela, di mana unit siber Israel mengirim permintaan ke platform media sosial untuk menghapus konten tertentu tanpa perintah pengadilan. ***