“Oleh karena itu, kami merasa perlu melakukan studi sumber virus di bawah kerangka global,” kata Tong Yigang, ketua kelompok hewan dan lingkungan di tim Tiongkok.
Liang menyebut tuduhan bahwa Tiongkok tidak membagikan data itu tidak valid. Dia mengatakan sulit membayangkan para ahli memeriksa setiap sampel dan catatan, dan sebaliknya mereka menggunakan database untuk melakukan analisis.
"Mengenai masalah ini, apa yang bisa dilihat oleh pakar China (Tiongkok) kita sama dengan apa yang bisa dilihat oleh pakar asing," katanya.
Dominic Dwyer, seorang ahli Australia di tim WHO, mengatakan meskipun dapat dikatakan bahwa mereka seharusnya diizinkan untuk mengunjungi Wuhan lebih awal, tim tersebut mendapat kerja sama yang sangat baik dari kolega Tiongkok mereka.
"Ya, ada lebih banyak hal yang mungkin telah diberikan kepada kami. Tetapi secara umum, mereka memberi kami banyak data yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya dan kami dapat menganalisisnya," katanya.
Juru bicara pemerintah Jepang, Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato, menyuarakan keprihatinan yang diungkapkan oleh pemerintah AS, Uni Eropa dan lainnya.
"Kami prihatin bahwa penyelidikan ini menghadapi penundaan dan kurangnya akses ke sampel virus. Penyelidikan yang cepat, independen, dan dipimpin oleh ahli yang bebas dari pengawasan," ucapnya.
Bahkan terminologi tersebut telah menjadi sumber perdebatan, dengan Tiongkok dan WHO mengatakan mereka melakukan penelitian bersama, bukan penyelidikan.***