PR CIREBON - Sampah menumpuk di jalan-jalan kota utama Myanmar setelah aktivis melancarkan "pemogokan sampah" untuk menentang pemerintahan militer pada Selasa, 30 Maret 2021.
Aksi pemogokan sampah merupakan protes karena jumlah pengunjuk rasa pro-demokrasi yang dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kudeta 1 Februari naik menjadi lebih dari 500.
Dari 14 warga sipil yang tewas pada hari Senin, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) mengatakan setidaknya delapan orang berada di distrik Dagon Selatan di kota terbesar, Yangon.
Baca Juga: Diskusi dengan Arab Saudi, Rusia Bahas Masalah Mendesak Soal Suriah
Pasukan keamanan di daerah itu menembakkan senjata kaliber yang lebih berat dari biasanya pada hari Senin ke arah pengunjuk rasa yang berjongkok di belakang barikade kantong pasir.
Tidak dijelaskan lebih lanjut senjata apa yang dimaksud, tetapi diyakini itu sejenis peluncur granat.
Televisi pemerintah mengatakan pasukan keamanan menggunakan "senjata anti huru hara", untuk membubarkan kerumunan "orang-orang teroris yang kejam" yang menghancurkan trotoar dan satu orang terluka.
Baca Juga: Densus 88 Temukan Atribut FPI di Rumah Terduga Teroris, Azis Yanuar Buka Suara
Seorang penduduk South Dagon mengatakan, pasukan keamanan telah menindak daerah itu semalam, meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak korban berjatuhan.