Komunitas Muslim Jerman Khawatirkan Islamofobia Meningkat: 122 Masjid di Jerman Menjadi Sasaran

- 5 Januari 2021, 16:14 WIB
Ilustrasi bendera Jerman.
Ilustrasi bendera Jerman. /pixabay.com/karlherl

PR CIREBON – Komunitas Muslim asal Turki di Jerman mengungkapkan mereka khawatir dengan meningkatnya kejahatan rasial Islamofobia.

Kemal Ergun, presiden asosiasi Turki-Muslim IGMG, mengatakan semakin banyak masjid telah menjadi sasaran ancaman, vandalisme, atau pembakaran dalam beberapa bulan terakhir.

"Sedikitnya 122 masjid menjadi sasaran serangan semacam itu tahun lalu," katanya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Middle East Monitor.

Baca Juga: Pandemi hingga Korupsi Menteri, Survei Terbaru Tunjukkan Tingkat Kepuasan Terhadap Jokowi Meningkat

Ia juga menambahkan bahwa puluhan masjid menerima banyak ancaman bom oleh neo-Nazi atau kelompok ekstremis lainnya, yang memicu kekhawatiran di antara anggota komunitas.

"Kami meminta aparat kepolisian untuk melakukan investigasi yang lebih efektif dan menangkap para pelaku penyerangan tersebut," katanya.

Ergun, yang memimpin salah satu organisasi Muslim Turki terbesar di negara itu, mengatakan Muslim mengalami lebih banyak permusuhan dan diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari mereka karena meningkatnya prasangka anti-Muslim.

Baca Juga: Hujan Meteor di Langit Kairo, Fenomena Astronomi yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya

Dia mengatakan wanita Muslim khususnya yang memakai jilbab sering dilecehkan secara verbal di jalan, dan insiden penyerangan fisik dilaporkan juga meningkat.

Menurut angka resmi, polisi mencatat 632 kejahatan Islamofobia di Jerman dari Januari hingga November 2020.

Kejahatan tersebut termasuk penghinaan, surat ancaman, gangguan praktik keagamaan, serangan fisik, dan kerusakan properti.

Baca Juga: Curi Perhatian Media Asing, Program Vaksinasi Covid-19 di Indonesia Siap Dimulai Minggu Depan

Ia mengatakan bahwa angka sebenarnya diyakini lebih tinggi, karena banyak korban tidak mengajukan pengaduan pidana ke polisi, sebagian besar karena ketidakpercayaan mereka pada penegak hukum.

Durmus Yildirim, ketua ATIB, salah satu organisasi kebudayaan Muslim-Turki terbesar di Jerman, mengkritik politisi populis sayap kanan karena menghasut kebencian dan diskriminasi terhadap imigran dan Muslim.

"Kami ingin mengakhiri retorika rasis dan populis ini, upaya ini harus dilakukan untuk hidup berdampingan secara damai," katanya, menyerukan sikap yang lebih kuat terhadap kebencian anti-Muslim dan anti-Turki.

Baca Juga: Moeldoko Sebut Sudah Siapkan Nama Calon Kapolri Baru, Ahmad Sahroni: Belum Ada Surpres

Yildirim mengatakan komunitas Turki yang berpenduduk 3 juta orang di negara itu tidak akan menyerah pada ancaman oleh kelompok dan partai sayap kanan.

“Kami bagian dari Eropa, kami hidup bersama di sini. Generasi ketiga, keempat kami lahir dan besar di Jerman, juga menjadi tanah air kami,” katanya.

Sebagai negara berpenduduk lebih dari 80 juta orang, Jerman memiliki populasi Muslim terbesar kedua di Eropa Barat setelah Prancis.

Di antara hampir 4,7 juta Muslim di negara itu, 3 juta berasal dari Turki.

Baca Juga: Tahun 2021 Indonesia Masih Dibayangi Inflasi, Kemenkeu Siapkan Sejumlah Upaya Demi Dorong Ekonomi

Jerman dilaporkan mengalami peningkatan rasisme dan Islamofobia dalam beberapa tahun terakhir, yang dipicu oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan partai oposisi sayap kanan AfD.

Dua kelompok tersebut berusaha untuk menimbulkan ketakutan terhadap Muslim dan imigran untuk memenangkan lebih banyak suara.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Middle East Monitor


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah