PR CIREBON – Nivell Rayda, salah seorang penulis menjelaskan soal Front Pembela Islam (FPI) yang ada di Indonesia.
Dalam tulisannya, Rayda merunut dan menggambarkan bagaimana FPI yang awalnya berupa organisasi sekelompok tokoh agama yang menganjurkan moralitas berubah menjadi salah satu kelompok paling berpengaruh secara politik.
FPI dibentuk pada Agustus 1998 setelah jatuhnya presiden Soeharto yang memimpin negara dengan tangan besi selama 32 tahun oleh seorang tokoh agama karismatik bernama Muhammad Rizieq Shihab.
Baca Juga: Minta Pemerintah Lebih Rangkul Organisasi Keagamaan Moderat, Wakil Ketua MPR Apresiasi Ormas Ini
Kelompok itu menganjurkan penerapan ketat hukum Syariah Islam di Indonesia dan mulai melakukan penggerebekan di bar dan klub malam yang ilegal dan memerintahkan mereka untuk tutup selama bulan suci Ramadhan.
“Penggerebekan seringkali mengakibatkan kekerasan dan kerusakan harta benda,” tulis Rayda dikutip PikiranRakyat-Cirebon dalam Channel News Asia.
Kemudian, perjalanan FPI untuk menjadi kelompok yang berpengaruh secara politik mulai melewati tonggak besar pada tahun 2016.
FPI kemudian menjadi pendukung berpengaruh dari saingan Presiden Joko Widodo, Prabowo Subianto, dalam pemilihan presiden 2019.
Baca Juga: Seperti apa Timur Tengah di tahun 2021? Berikut Prediksi Soal Timur Tengah dengan Aliansi Tiga Sisi