Tragis, Murid 14 Tahun Tuliskan Pesan Sebelum Bunuh Diri ke Depan Kereta, Diduga Dianggap Lelucon

- 11 Desember 2020, 13:39 WIB
Ilustrasi bunuh diri di rel Kereta.
Ilustrasi bunuh diri di rel Kereta. /Pixabay/GoranH

Dia juga bertanya kepada Mr Gower apakah dia yakin tidak ada yang bisa dilakukan lebih banyak untuk melindungi Sam, dan mencegahnya melakukan bunuh diri.

"Tidak pernah ada cukup dukungan yang diberikan kepada kaum muda. Melihat kembali sejarah kasus saya yakin sebagai sekolah, perawatan yang diberikan untuk Sam sepadan dengan kebutuhan Sam," ucap Mr Gower.

Baca Juga: Tegas! Kapolda Metro Jaya Ancam Pidanakan Ormas Penghasut dan Penebar Kebencian

Ibu remaja itu kemudian mengatakan bahwa sekolah memberi tahu dia, bahwa Sam akan dimasukkan dalam daftar tunggu ketika dia melaporkan kecemasannya kepada staf.

Menanggapi hal ini, Mr Travers bertanya kepada Mr Gower apakah dia merasa tidak ada sumber daya yang cukup untuk menangani kebutuhan kesehatan mental siswa, dimana kepala sekolah menjawab tidak.

Kepala eksekutif Sekolah Salesian James Kibble juga dipanggil menjadi saksi pada hari Kamis.

Dia ditanya apakah itu membuatnya khawatir bahwa tidak ada murid yang maju meskipun Sam telah berbicara mendalam tentang bunuh diri dengan teman-temannya dari sekitar Kelas 8.

"Ini jelas memprihatinkan karena terlepas dari apakah mereka mengira itu lelucon, tapi jelas itu bukan. Saya pikir ketika melihat skala masalah kesehatan mental yang kita hadapi, Sam tidak akan ditampilkan sebagai seseorang yang membutuhkan bantuan segera," kata Mr Kibble.

Baca Juga: Cocok untuk Jomblo, Inovasi Tempat Sauna Sendirian Populer di Tokyo Jepang

Mr Kibble juga ditanyai tentang bagaimana sekolah telah mencoba mengubah pesan tentang kesehatan mental, khususnya berbicara tentang bunuh diri seolah-olah itu adalah lelucon.

Dia menunjuk ke staf yang fokusnya adalah kesehatan mental, serta memimpin kesejahteraan dan menjaga staf yang dirujuk oleh Gower.

Dia juga menambahkan bahwa setiap minggu dalam pelajaran PSHE, siswa diperlihatkan slide yang menentukan bagaimana topik tertentu dapat berdampak pada orang, apa yang harus mereka lakukan jika menurut mereka itu memengaruhi teman dan siapa yang harus mereka beri tahu.

Dia juga merujuk poster di papan pengumuman di sekitar sekolah di titik-titik pertemuan utama, seperti ruang makan, yang menawarkan detail kontak untuk dukungan kesehatan mental.

Ini, katanya, sudah ada sebelum kematian Sam.

"Selalu ada lebih banyak tindakan yang bisa kami ambil," ucapnya mengakui.

Baca Juga: Musim Hujan Sudah Datang, Ini 6 Makanan Dapat Mencegah Batuk dan Pilek

Pengadilan juga mendengar bukti dari beberapa anak sekolah yang berada di stasiun kereta pada hari kematian Sam.

Identitas mereka tidak dapat diungkapkan karena usia mereka, tetapi pernyataan saksi dibacakan di pengadilan oleh koroner Alison Hewitt.

Pemeriksaan mendengar bagaimana ada banyak kebingungan dan teriakan ketika kejadian itu terjadi, karena hari sekolah belum lama berakhir dan banyak siswa menunggu di stasiun untuk pulang.

Baca Juga: Pilkada 2020 saat Masa Pandemi, KPU Riau: Pelanggaran Terjadi di Tiga Daerah

Sam telah berbicara tentang bunuh diri dengan teman-temannya beberapa kali pada hari dia meninggal dan sebelumnya, tetapi mereka semua percaya dia tidak serius.

"Sam membungkuk (di kelas) dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin bunuh diri. Dia mengatakan dia ingin atau 'Aku akan'," kata seorang murid.

"Saya selalu mengira itu adalah komentar yang tidak serius. Dia mencoba memberi saya telepon dan kuncinya, tetapi saya tidak mengambilnya. Aku bilang dia punya umur panjang untuk hidup," ucapnya.

Pernyataan saksi dari para siswa juga mengacu pada catatan terlipat, ditemukan di dalam buku An Inspector Calls milik Sam yang sedang dia pelajari untuk bahasa Inggris.

Halaman:

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah