Kisah Getir di Balik Lockdown India, Ratusan Pekerja Menganggur dan Anak-anak Kelaparan

10 April 2020, 11:30 WIB
Warga India terkena dampak yang besar akibat lockdown.* /AFP / Arun SANKAR/

PIKIRAN RAKYAT- Negara dengan jumlah penduduk kedua terbanyak di dunia, India, telah menetapkan kebijakan lockdown atau pengucian wilayah pada Maret 2020 lalu, guna menekan angka penyebaran Covid-19.

Namun, kebijakan ini menyisakan banyak cerita getir di India, tak hanya menganggur bahkan mereka tengah mengalami kelaparan yang hebat selama pandemi ini berlansung.

Seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs AFP, Sailesh Kumar, yang merupakan warga India yang harus menanggung beban sebagai pengangguran akibat mata penacahariannya sebagai penarik becak telah hilang.

Baca Juga: Cek Fakta: Hoaks Razia Pengendara Motor yang Tidak Pakai Masker, Simak Kebenarannya

Sebelum wabah ini menyerang India, Kumar adalah seorang penarik becak, bekerja dari pagi hingga malam untuk menghidupi istri dan anak-anaknya.

Namun, dampak kebijakan lockdown, Kumar harus rela membiarkan becaknya menganggur di luar gubuk rumahnnya.

Keluarga Kumar yang beranggotakan enam orang terjebak di rumah kumuh mereka di kawasan luar New Delhi, tanpa menghasilkan apa-apa dan sangat menunggu uang yang dijanjikan pemerintah.

Baca Juga: Buatkan Program Bansos Sembako, Presiden Jokowi Harap Warga Jabodetabek Tak Usah Mudik

Kumar adalah pekerja migran yang merupakan bagian dari ratusan warga India miskin lainnya. Ia berniat hijrah ke New Delhi tujuh tahun lalu demi mengadu nasib dan meninggalkan desannya di Binhar, yang merupakan negara bagian termiskin di India.

Ia juga mengisahkan kehidupan getirnya sebelum kebijakan lockdown selama 21 hari di India dimulai, pria berusia 38 tahun itu memperoleh penghasilan sebanyak 4 dolar atau 63.952 rupiah sehari saat menarik becaknya.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Cirebon, 10 April 2020: Lemahabang dan Kejaksan Hanya Diguyur Hujan Lokal

Sementara itu, istrinya membantu kebutuhan keluarga dengan bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Sekarang ketika lockdown diberlakukan dan hanya sektor penting yang diperbolehkan beroperasi, Kumar harus menganggur.

Sementara istrinya tidak dipekerjakan lagi oleh majikannya, karena mereka takut istri Kumar jadi pembawa penyakit Covid-19 ini.

Baca Juga: Terima Sumbangan Hampir Rp 200 Miliar, Yurianto: Masyarakat Dunia Serius Tangani Covid-19

"Mereka percaya dia akan memberi mereka penyakit ini," katanya.

Sedangkan rumah mereka yang berada di kota Ghaziabad, merupakan pinggiran ibu kota, satu dari lusinan bangunan satu kamar barisan. Rumah mereka dilengkapi toilet yang dipakai bersama-sama tanpa air mengalir.

Ini salah satu dari banyak tempat yang membuat virus corona potensial berkembang biak.

Baca Juga: Cek Fakta: Serangan Virus Corona Masuk dari 19 Bandara di Indonesia, Tinjau Kebenarannya

"Kami menyimpan air dalam ember untuk minum dan memasak. Kami tidak bisa membuangnya untuk mencuci tangan (kami) setiap saat," Kumar mengangkat bahu.

Kondisi yang tak kalah getir juga terjadi pada Ram Kumar Gautam, pria yang tinggal sekitar 100 km dari kawasan Dharavi, Mumbai, daerah kumuh terbesar di India.

Pria itu mengaku hanya mendapatkan upah yang kecil ketika bekerja disebuah pabrik pembuatan alumunium foil.

Baca Juga: Berhasil Buat Ventilator Portabel, Dosen ITB Ungkap Pesanan Lampaui Target

"Bagaimana saya akan mengirim uang ke rumah atau membayar kembali pinjaman? Masa depan tampak khawatir," kata pria itu.

Gautam mengatakan, dia akan meminta kebaikan seseorang untuk mempekerjakannya dan karyawan terlantar lainnya.

Seperti diketahui, ketakutan akan kelaparan selama lockdown di India memicu eksodus ratusan ribu pekerja migran bersama keluarganya bulan lalu. Beberapa orang tewas dalam perjalanan.

Baca Juga: Cek Fakta: Dikabarkan Ribuan Ubur-ubur Menginvasi Filipina karena Covid-19, Simak Faktanya

Bahkan, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) mengatakan minggu ini bahwa 400 juta orang India yang bekerja di ekonomi informal dan berisiko jatuh dalam kemiskinan selama wabah corona.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: AFP

Tags

Terkini

Terpopuler