Setelah Kebijakan Whatsapp Menuai Perdebatan, Presiden Erdogan Membuat Unggahan Pertama di Telegram

14 Januari 2021, 21:31 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan membuat unggahan pertama di Telegram.* /Instagram/@rterdogan

PR CIREBON - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada hari Rabu, 13 Januari 2021 membagikan sebuah pesan pertamanya di aplikasi perpesanan Telegram.

Hal itu dilakukan Presiden Erdogan menyusul adanya pembaruan persyaratan layanan oleh aplikasi perpesanan WhatsApp yang menimbulkan keributan di media sosial.

Presiden Erdogan dalam unggahannya tersebut, menyoroti kurangnya curah hujan di Turki dalam beberapa minggu terakhir.

Baca Juga: Tak Diberi PIN ATM, Seorang Pria Tega Serang dan Aniaya Ibunya Sendiri

“Menghadapi ancaman kekeringan yang terlihat setiap 100 tahun sekali, kita semua harus waspada,” tulis Presiden dalam Telegram-nya, yang dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Daily Sabah, pada Kamis 14 Januari 2021.

“Dengan membangun 600 bendungan, 590 pembangkit listrik tenaga air, 262 instalasi air bersih dan masih banyak lagi, kami meningkatkan kapasitas air kami ke level tertinggi di seluruh wilayah kami,” tuturnya.

“Namun, cara utama menggunakan sumber daya saat ini dengan cara terbaik adalah melalui penghematan dan konsumsi sadar,” tambahnya.

Baca Juga: Donald Trump Menjadi Presiden Amerika Pertama yang Dimakzulkan 2 Kali oleh Parlemen AS

Diketahui, Telegram dan aplikasi perpesanan lainnya mengalami peningkatan permintaan secara pesat dan tiba-tiba setelah Whatsapp pada minggu lalu menetapkan persyaratan baru.

Dalam kebijakan baru tersebut, WhatsApp meminta pengguna untuk menyetujui agar pemilik Facebook Inc. dan anak perusahaannya mengumpulkan data pengguna, termasuk nomor telepon dan lokasi mereka.

Beberapa aktivis privasi mempertanyakan langkah "terima pengambilan data kami atau keluar" di Twitter dan menyarankan pengguna untuk beralih ke aplikasi seperti Signal dan Telegram.

Baca Juga: Tolak Kemudikan Pesawat ke Israel, Pilot Maskapai Emirates Ditangguhkan

Lantaran, dikhawatirkan kebijakan itu dapat membahayakan data pribadi pengguna, sehingga membuat banyak politisi dan pejabat tingkat tinggi kemudian beralih ke aplikasi perpesanan alternatif lainnya.

Sementara itu, Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki dan kementerian pertahanan negara mengatakan pekan lalu mereka keluar dari WhatsApp dan akan memindahkan grup mereka ke aplikasi perpesanan terenkripsi BiP, sebuah unit dari salah satu GSM terkemuka Turki. operator, Turkcell. ***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Daily Sabah

Tags

Terkini

Terpopuler