Disayangkan, Program Vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat Mundur Jauh Dari Target Awal Ditetapkan

1 Januari 2021, 11:50 WIB
Presiden Amerika Serikat Terpilih Joe Biden saat menerima penyuntikkan vaksin Covid-19 yang diproduksi oleh Pfizer.inc.* /Twitter.com/@JoeBiden

PR CIREBON – Hanya sekitar 2,8 juta orang Amerika Serikat yang telah menerima vaksin Covid-19 hingga hari terakhir bulan Desember 2020.

Hal ini membuat Amerika Serikat semakin jauh dari target pemerintah untuk memvaksinasi 20 juta orang pada bulan Desember lalu.

Penyuntikkan vaksin menjangkau hingga penghuni panti jompo di Amerika Serikat dengan proses yang bahkan lebih lambat dari yang pertama di antrean, meskipun mereka (lansia) paling berisiko meninggal karena virus.

Baca Juga: Alami Depresi, Pria di Uganda Nekat Serang Istri dan Potong Alat Kelamin Sendiri

Menurut data yang dirilis dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, terdapat sekitar 170.000 orang di fasilitas perawatan jangka panjang menerima suntikan vaksin pada 30 Desember meskipun 2,2 juta dosis telah didistribusikan untuk penduduk.

Sejauh ini, sekitar 14 juta dosis vaksin Pfizer dan Moderna telah didistribusikan ke negara bagian, kata pejabat federal kepada wartawan pada Rabu, 30 Desember 2020, tidak sesuai dengan targetnya untuk mengirimkan 20 juta dosis pada bulan Desember.

Hingga awal Desember 2020, para pejabat menyatakan bahwa mereka akan memiliki 40 juta dosis yang tersedia bulan ini, cukup untuk memvaksinasi 20 juta orang Amerika dengan rejimen dua dosis.

Baca Juga: Obat Avifavir asal Rusia Diklaim 99 Persen Tangkal Virus Corona

Pada 4 Desember 2020, Komisaris FDA Stephen Hahn mengatakan kepada publik bahwa memvaksinasi 20 juta orang Amerika pada akhir tahun itu realistis, tergantung pada kampanye vaksinasi.

Sejak itu, para pejabat mengatakan mereka berkomitmen untuk menyediakan dosis yang cukup tanpa mengomentari target vaksinasi yang sebenarnya karena menjadi jelas bahwa inokulasi kurang dari jumlah dosis yang didistribusikan.

"Ketersediaan dan distribusi yang cepat dari begitu banyak dosis, dengan 20 juta dosis pertama dialokasikan untuk distribusi hanya 18 hari setelah vaksin pertama diberikan otorisasi penggunaan darurat adalah bukti keberhasilan Operasi Warp Speed," terang pihak Departemen Kesehatan dan Juru bicara Layanan Manusia yang dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Channel News Asia.

Baca Juga: Tak Puas dengan Nilai Ujiannya, Siswa di Arab Saudi Nekat Tembak Mati Gurunya

Pemerintah telah mengatakan bahwa untuk setiap dosis yang dikirimkan, mereka menyimpan dosis kedua sebagai cadangan serta stok pengaman, yang akan membuat jumlah total dosis vaksin mendekati 40 juta.

Pakar spesialis penyakit menular terkemuka AS, Dr Anthony Fauci, mengatakan sedang "dalam pertimbangan" apakah AS harus melepaskan lebih banyak dosis cadangan untuk memvaksinasi porsi yang lebih luas dari masyarakat.

"Anda dapat membuat argumen, dan beberapa orang, tentang merentangkan dosis dengan memberikan satu dosis di seluruh papan, dan berharap Anda akan mendapatkan dosis kedua pada waktunya untuk diberikan kepada tiap individu," kata Fauci.

Baca Juga: Pria asal Seattle Diduga Buang Mayat Penelitian ke Hutan Arizona

Bahkan ketika jumlah dosis yang didistribusikan mendekati tujuan untuk mencapai 20 juta orang, kecepatan vaksinasi sebenarnya jauh lebih lambat dari yang diantisipasi, menurut data yang dirilis oleh CDC.

"Pemerintah Federal telah mendistribusikan vaksin ke negara bagian. Sekarang terserah negara bagian untuk mengelola. Ayo bergerak!" ujar Presiden Donald Trump pada cuitan akun Twitternya @realDonaldTrump.

Pejabat kesehatan masyarakat setempat mengatakan bahwa kurangnya dana federal untuk distribusi vaksin telah menghalangi mereka untuk mempekerjakan staf yang dibutuhkan.

Baca Juga: Badak Berbulu Wol Zaman Es Ditemukan Utuh Terawetkan di Rusia

"Kami tahu bahwa itu harus lebih baik dan kami bekerja keras untuk membuatnya lebih baik," ucap kepala penasihat Operation Warp Speed Dr. Moncef Slaoui dalam jumpa pers.

Vaksinasi AS untuk 21 juta pekerja perawatan kesehatan di negara itu dimulai pada 14 Desember 2020.

Inokulasi dari 3 juta penghuni panti jompo di negara itu, yang juga berada dalam kelompok prioritas pertama, akan segera menyusul.

Pada panelnya, CDC memaparkan bahwa terdapat sekitar 51 juta pekerja penting garis depan AS, seperti petugas pemadam kebakaran, polisi, dan guru, serta orang di atas 75 tahun harus menerima vaksin berikutnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler