Sudah 20 Tahun Berlalu, Pembunuhan Brutal Sekeluarga di Jepang Masih Bebas

31 Desember 2020, 11:15 WIB
Ilustrasi kejahatan pembunuhan*/ /Pixabay.com/

PR CIREBON - Masih banyak yang menjadi misteri tentang pembunuh empat orang anggota keluarga di Setagaya Ward, Tokyo.

Meskipun banyak petunjuk yang ditemukan seperti sidik jari dan noda darah, yang ditinggalkan di lokasi kasus pembunuhan yang terkenal pada Desember 2000.

Walaupun polisi Tokyo pada saat kejadian merasa yakin mereka bisa dengan cepat memecahkan kasus dan menangkap pelaku, tetapi kasus pembunuhan yang brutal itu masih belum terpecahkan.

Baca Juga: Penghujung Tahun 2020, Mardani Ali Sera Beri Catatan Akhir Tahun Presiden Jokowi

Tahun ini menandai 20 tahun tragedi pembunuhan yang masih bebas berkeliaran, dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Japan Times pada Rabu, 30 Desember 2020.

Departemen Kepolisian Metropolitan, yang telah mendeteksi sampel DNA seorang pria, menaruh harapan besar pada kemajuan yang pesat dalam ilmu forensik.

Dalam kejadian tersebut, seorang karyawan perusahaan Mikio Miyazawa yang saat itu berusia 44 tahun, istrinya Yasuko berusia 41 tahun, dan putri mereka, Niina, berusia 8 tahun saat kejadian, ditikam dengan pisau dapur dan putra mereka yang masih enam tahun, Rei, tewas tercekik.

Pembunuhan itu terjadi di rumah keluarga di distrik Kamisoshigaya di Setagaya pada jam larut 30 Desember 2000.

Baca Juga: Angkatan Laut AS Kembali Lewati Selat Taiwan, Tiongkok Geram

Sidik jari yang terpapar dengan jelas dan darah yang ada di lokasi kejadian diyakini milik si pembunuh diambil sebagai bukti dari lokasi.

Penemuan bukti menjadi pemicu yang memantik harapan di antara petugas di Stasiun Seijo MPD, yang menjadi markas penyelidikan untuk kasus pembunuhan.

Mereka yakin bukti tersebut akan mengantarkan mereka untuk menemukan pembunuhnya dengan mudah.

Ketika itu, seorang perwira senior mengatakan kalau kasus itu merupakan kejadian kriminal yang bisa mereka tangkap.

Para penyelidik fokus untuk mengidentifikasi si pelaku berdasarkan sidik jari yang ditemukan, tetapi upaya mereka tidak membuahkan hasil.

Baca Juga: FPI Resmi Dibubarkan Pemerintah, Polri pastikan akan Ambil Langkah Sesuai Ketentuan Berlaku

Ada yang mengkritik hal itu dikarenakan pemeriksaan awal yang kurang memadai, ada juga yang mengatakan petugas telah gagal menggali informasi dari berbagai sumber, termasuk warga di lingkungan keluarga tersebut.

"Para penyelidik terlalu fokus pada sidik jari dan gagal melakukan cukup banyak metode lain," kata perwira senior lainnya.

Pembunuh meninggalkan banyak barang di tempat kejadian, termasuk kaus, syal, dan sapu tangan, serta alat yang dipakai untuk membunuh yaitu pisau dapur.

Pelaku diperkirakan memiliki tinggi sekitar 170 sentimeter, mempertimbangkan panjang sabuk yang tertinggal di lokasi.

Polisi juga menduga pembunuh memiliki tubuh yang kurus, dengan pinggan yang berukuran 70-75 sentimeter.

Para penyelidik juga mencurigai bahwa si pelaku masih seorang siswa yang berusia sekitar 15 hingga 29 tahun, karena ditemukan pewarna pena stabilo ditemukan terpasang di dalam kantong.

Baca Juga: Pembubaran FPI tanpa Proses Pengadilan, Komnas HAM Angkat Bicara Sebut Tidak Dapat Dibenarkan

Kecurigaan juga mengarahkan penyelidik dengan kemungkinan pelaku bukan orang Jepang.

Sidik sepatu yang ditinggalkan di lokasi kejahatan dipastikan berasal dari sepatu kets yang dibuat di Korea Selatan. Pada saat yang sama ditemukan juga bahwa ukuran sepatu tidak tersedia di Jepang.

Menurut sumber investigasi, tes DNA menunjukkan bahwa ibu pembunuh mungkin berasal dari Eropa.

Meski begitu, temuan itu tidak menutup kemungkinan tersangka adalah orang Jepang.

Diyakini bahwa pembunuh melilitkan saputangan di sekitar pegangan pisau dapur saat menyerang keluarga.

Polisi mengetahui bahwa ini mirip dengan cara membungkus gagang pisau dengan kain, terutama selama ritual keagamaan, di bagian utara Filipina.

Baca Juga: Menuju Tahun 2021, Mardani Ali Sera Beri Catatan Penting yang Harus Presiden Jokowi Perhatikan

MPD meminta polisi Filipina untuk bekerja sama dalam penyelidikan, tetapi departemen kepolisian tidak menemukan petunjuk yang membantunya mengidentifikasi pembunuh.

Mabes penyidik masih berupaya memastikan keberadaan warga negara asing yang berada di sekitar rumah keluarga Setagaya saat itu.

"Menangkap tersangka adalah yang terpenting. Kami harus berpikir tanpa membuat asumsi," kata seorang perwira tinggi ***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: Japan Times

Tags

Terkini

Terpopuler