Update Kloter 16 Kota Bandung. Sabar Kunci Sukses Berhaji.

30 Mei 2023, 06:11 WIB
Seorang jemaah calon haji Kloter 16 Kota Bandung, berbaring istirahat di lantai mesjid Mapolda Jabar tapa alas./OF /

 

SABACIREBON -  Menunaikan ibadah haji identik dengan menguji kesabaran menghadapi berbagai rintanan yang dihadapi. Rintangan tentu bukan hanya ketika sedang menjalankan prosesi berhaji, seperti Tawaf dan Sa’i  di masjidil Haram atau Wukuf di Arafah, namun juga rintangan selama perjalanan dari tempat asal ke embarkasi haji.

Bagi jamaah calon haji dari Kloter 16 Kota Bandung yang akan terbang ke Tanah suci Selasa malam (30/05)  uji kesabaran itu sudah hadir sejak berkumpul di Mesjid Mapolda Jabar jl. Soekarno-Hatta.

Sejumlah jamaah Mandiri (Non-KBIH) yang hendak menuju masjid Mapolda Jabar terpaksa harus jalan kaki dari pintu masuk Mapolda ke masjid yang jaraknya lumayan jauh, karena petugas melarang mobil pengantar masuk hingga ke halaman masjid dengan alasan area parkir sudah penuh.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Buat Skenario Pemberangkatan CJH Jateng Bagian Barat, Benarkah ? Simak Disini

Tentu saja ini menyulitkan bagi jamaah Lansia apalagi yang  menggunakan Kursi roda atau tongkat untuk menopang berjalan kaki. Masih beruntung jika bus rombongan jamaah calon haji KBIH kebetulan tiba pada saat yang sama. Petugas polisi senior nampaknya tidak tega melihat lansia harus berjalan kaki dan menitipkannya kepada bus jamaah hingga halaman mesjid.

Anak saya sempat bersitegang dengan seorang petugas kepolisian ketika mobil yang mengantar saya dilarang masuk dan saya dengan isteri harus berjalan kaki menuju halaman masjid. Beruntung bus rombongan datang dan atas bantuan petugas polisi lainnya saya dititipkan di bus tersebut hingga halaman masjid.

                                                          ***

Baca Juga: Ketika Xavi Hernandez dan Pep Guardiola Berbeda Pendapat Tentang Masalah Vinicius Jr.

Respon Cepat Petugas Kesehatan

Lain halnya dengan petugas Kesehatan yang disiapkan melayani para jamaan calon haji kota Bandung. Mereka cepat bergerak dan melayaninya  dengan baik ketika ada jamaah yang mengeluh sakit.

Seperti saya misalnya,  saat itu badan saya tiba-tiba merasa tidak nyaman dan sekujur tubuh keluar keringat dingin. Sepintas saya mengira ada sesuatu yang tidak beres dengan jantung saya. Isteri saya segera menghubungi petugas Kesehatan. Secepat itu pula mereka merespon dan ada tiga petugas Kesehatan dengan segera mendatangi saya.

Seorang menanyakan kronologis kejadian, seorang membawakan minuman dan seorang para medis lainnya cepat mengeluarkan alat pengukur tekanan darah (tensi).  Selesai tekanan darah saya ditensi, saya perhatikan rona muka para medis seolah khawatir karena tensi tekanan darah saya menunjukkan 200/100.

Baca Juga: Surat Ijin Masuk Raudhah di Masjid Nabawi itu Namanya Tasreh 

Tentu saja saya juga kaget luar biasa. Otot-otot punggung bagian atas melingkar ke dada mulai terasa menegang dan sakit mulai terasa. Dalam pikiran saya mulai muncul berbagai dugaan, mungkinkah ini serangan jantung?

Seorang ibu yang menjadi anggota bantuan Kesehatan kemudian membawa kotak nasi dan saya diminta makan sampai habis. “Coba makan pak, mungkin karena telat makan,” pintanya dengan ramah.

Benar ternyata. Setelah makan nasi dalam kotak, perlahan sakit otot punggung dan dada mulai mereda dan keringat dinginpun mulai menghilang. Saya merasa yakin itu bukan sebuah serangan jantung, melainkan “salatri”, alias karena terlambat makan akhirnya saya terkena masuk angin.

                                                              *** 

Kunci Kamar

Ujian kesabaran lain terjadi pula ketika petugas embarkasi Bekasi mulai membagikan kunci-kunci kamar bagi jamaah. Mengurusi lebih dari 400 jamaah tentu saja bukan hal sederahana.

Kloter 16 jamaah kota Bandung terdiri dari 10 rombongan yang masing-masing rombongan terdiri dari 40 orang jamaah. Meski petugas sudah mengumumkan sebelumnya bahwa mengurus kunci kamar hanya dapat dilakukan oleh kepala regu (Karu) atau kepala rombongan (Karom), tetapi kenyataannya tetap saja petugas dikerubungi jamaah secara perorangan. Tentu saja ini membuat proses pembagian kunci kamar menjadi lebih lama dan membuat jamaah menggerutu.

Meski ketika pemeriksaan dokumen dan fisik Kesehatan rombongan saya mendapat prioritas petugas karena sebagian besar jamaah usia Lansia, namun giliran pembagian kunci kamar rombongan saya teraksa harus menunggu cukup lama.

Baca Juga: Isak Tangis Mewarnai Keberangkatan Calon Jamaah Haji Asal Kabupaten Indramayu

Setelah hampir dua jam menunggu akhirnya saya dan rombongan mendapat juga kunci kamar masing-masing. Saya mendapat kamar 108 di lantai satu dan isteri saya mendapat kamar di lantai 4.

Kamar 108 berkapasitas 10 tempat tidur semua diisi oleh 8 jamaah lansia dengan tempat tidur bertingkat. Seorang jamaah sepuh terpaksa gelar kasur di lantai karena tidak bisa menaiki tangga tempat tidur. “Daripada saya terjatuh lebih baik kasur saya pindahkan ke lantai,” kata jamaah asal Gegerkalong kota Bandung itu.***

Editor: Otang Fharyana

Tags

Terkini

Terpopuler