"Sekarang ada data yang keluar dari Inggris dan Skotlandia yang menunjukkan bahwa tingkat keparahan penyakit dapat meningkat, dan mungkin mengarah pada peningkatan risiko rawat inap," ungkap Malvestutto.
Diketahui, sekitar 99 persen infeksi baru di beberapa bagian negara terjadi pada pasien yang belum divaksin.
Namun, memang ada juga yang terinfeksi walau telah menerima kedua suntikan vaksin Pfizer-BioNTech atau Moderna atau vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson.
Tapi, menurut data yang tersedia, gejala yang dialami orang dalam kasus terobosan tersebut cenderung relatif ringan.
Sekitar sepertiga orang yang terinfeksi setelah divaksinasi lengkap, misalnya, sama sekali tidak menunjukkan gejala.
Baca Juga: Langgar Aturan Pembatasan Sosial Covid-19, Warga Thailand Turun ke Jalan dan Ajukan 3 Tuntutan
CDC sekarang hanya melacak kasus terobosan yang mengakibatkan rawat inap atau kematian, jadi tidak ada data yang benar-benar kuat melihat berapa banyak orang yang mengalami gejala ringan pasca-vaksin (atau tidak ada gejala sama sekali).
Sayangnya, tidak ada kejelasan tentang varian apa yang mungkin dialami orang-orang tersebut.
Pada akhirnya, tujuan vaksinasi tidak hanya untuk mengurangi penularan tetapi juga secara drastis mengurangi rawat inap dan kematian. Dan, vaksin telah melakukan hal itu.