Tak Sengaja Setujui Ucapan Trump, Studi Temukan Radiasi X-Ray Bantu Lansia AS Lawan Covid-19

16 Juli 2020, 15:38 WIB
Ilustrasi pasien corona/Net /

PR CIREBON - Studi terbaru yang dilakukan sekelompok peneliti di Amerika Serikat menemukan manfaat radiasi X-ray yang biasa dipakai untuk rontgen, ternyata bisa membantu lansia AS melawan Covid-19.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari South China Morning Post, hasil tersebut membuat terapi X-ray dikabarkan menjadi alternatif pengobatan Covid-19 yang tersedia secara global'.

Dalam temuannya, peneliti mengambil 10 pasien Covid-19 yang menjadi sukarelawan untuk diterapi menggunakan radiasi X-ray.

Baca Juga: Mutilasi Belum Selesai, Aksi Pembunuhan Bos Transportasi Online Terinterupsi Kedatangan Adik Fahim

Hasilnya membuktikan sepuluh pasien setelah diradiasi bagian dadanya mengalami kesembuhan lebih cepat daripada yang tidak memakai terapi radiasi tersebut.

Adapun studi tersebut telah dimasukkan menjadi bagian jurnal yang dipublikasikan di situs medrxiv.

Lebih lanjut, studi itu juga mengklaim waktu rata-rata penyembuhan setelah terapi radiasi sekitar tiga hari. Artinya, terapi ini setengah dari perawatan menggunakan remdesivir atau hidroksiklorokuin.

Baca Juga: Tak Ada Bukti Kuat, Polisi Hentikan Penyelidikan Kasus Syekh Puji Nikahi Anak 7 Tahun

Sedangkan mengenai sasaran yang diterapi adalah pasien Covid-19 yang rata-rata usianya 78 tahun dengan jangkauan antara 43 hingga 104 tahun.

Hanya saja, sebelum sesi terapi, semua lansia dalam kondisi kritis dan menurun, sehingga membutuhkan ventilator.

Hal lainnya adalah sekitar 70 persen lansia merupakan warga AS keturunan Afrika-Amerika.

Baca Juga: Dipimpin Mahfud MD, Lima Menteri Serahkan Pernyataan Sikap Pemerintah Terkait RUU HIP ke DPR

Lebih dari itu, pengujian radiasi dengan kode RESCUE 1-19 yang dimulai pada Jumat 24 April 2020 lalu ini ternyata tepat sehari setelah Presiden AS Donald Trump menyebut virus bisa dibunuh dengan 'cahaya yang sangat kuat'.

"Mungkin seharusnya kita memaparkan tubuh kita pada ultraviolet yang dahsyat atau hanya cahaya yang sangat kuat. Seharusnya Anda memasukkan cahaya ke dalam tubuh, apakah lewat kulit atau cara lainnya," ungkap Trump dalam jumpa pers di halaman Gedung Putih pada 23 April 2020 lalu.

Namun demikian, waktu yang agak bersamaan itu dibantah wakil ketua tim peneliti itu, dr. Mohammad Khan.

Baca Juga: Beredar dalam Situs Penjualan Properti, Mal Taman Anggrek Disebut Laku Terjual dengan Harga Rp17 T

Tepatnya, ia dengan tegas menolak asumsi kaitan studi mereka dengan ucapan Trump.

"(Saya) tak tahu pasti apa yang dimaksud olehnya (Trump). X-ray bukanlah benda yang sama," tegas Khan.

"Saya kira jika dia katakan energi yang lebih kuat, melebihi spektrum cahaya tampak atau UV, maka itu bisa jadi kuantifikasi yang lebih baik dari X-ray," pungkas Khan menutup penjelasannya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: South China Morning Post

Tags

Terkini

Terpopuler