Rayakan Hari Lahir Sastra Indonesia, Kenang Sastrawan Abdoel Moeis lewat Jejak Novel Salah Asuhan

- 3 Juli 2020, 18:47 WIB
Cover novel "Salah Asuhan" karya Abdoel Moeis *)
Cover novel "Salah Asuhan" karya Abdoel Moeis *) /

PR CIREBON - Sastra Indonesia ditetapkan lahir pada 03 Juli yang bertujuan untuk mengenang kelahiran sastrawan Abdoel Moeis pada 03 Juli 1883 silam.

Abdoel Moeis sendiri adalah seorang sastrawan, wartawan, dan tokoh pergerakan yang pertama kali dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Presiden Soekarno pada 30 Agustus 1959.

Seperti yang diberitakan PR Bekasi, Sastrawan kelahiran Minangkabau ini menghembuskan napas terakhir di Bandung pada 17 Juni 1959, jauh dari tempat kelahirannya di Bukittinggi, Sumatra Barat.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Penundaan Pilpres Buat Masa Jabatan PresidenJokowi Diperpanjang sampai 2026?

Menilik karir sastrawannya, Abdol Moeis dikenal sebagai tokoh pergerakan nasional yang membuat pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan larangan keluar dari pulau Jawa.

Dikutip dari buku 'Pahlawan-Pahlawan Indonesia Sepanjang Masa' dari Didi Junaedi, Abdoel Moeis diasingkan oleh pemerintah Belanda ke Garut, Jawa Barat.

Dari kota itu yang menjadi tempat Abdoel Moeis menyelesaikan novel 'Salah Asuhan' salah satu karya terkenalnya yang terbit dalam bahasa Melayu pada 1928 di bawah penerbit Balai Pustaka.

Baca Juga: Temannya Ditangkap atas Perdagangan Seks, Pangeran Andrew Didesak untuk Maju dan Beri Kesaksian

Secara detail, novel 'Salah Asuhan' juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul 'Never the Twain' oleh Yayasan Lontar pada 2010.

Kemudian berlanjut dengan terbitnya buku 'Pemahaman Salah Asuhan' keluaran Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 1985, yang mendeskripsikan 'Salah Asuhan' sebagai novel yang membahas pembauran serta benturan antara kebudayaan Timur dan Barat.

Adapun dari segi ceritanya, 'Salah Asuhan' mengisahkan tentang Hanafi, pemuda Minangkabau yang berada di tengah pendidikan dan lingkungan yang menganut nilai-nilai dan sikap hidup orientasi Barat.

Baca Juga: Berniat Ganggu Dua Musuhnya, AS Upayakan Pengejaran 4 Kapal Tanker Iran yang Berlayar ke Venezuela

Namun rupanya, pendidikan gaya barat yang salah membuat dia tak bisa membaur dengan bangsanya, tapi tidak pula diterima oleh kaum Barat.

Singkanya, Hanafi dianggap salah asuhan karena kebarat-baratan.

Hingga Hanafi dinikahkan dengan Rapiah, tetpi bercerai karena memilih untuk menjalin kasih dengan Corrie du Busse, seorang gadis Indo-Prancis.

Namun begitu, kehidupan rumah tangga Hanafi dan Corrie tidak harmonis dan Hanafi hidup dalam penyesalan.

Baca Juga: Sentuh 11 Juta 03 Juli 2020 Indonesia Duduki Posisi Ke-16 dengan Tambahan Kasus Positif Corona 1.301

Di sisi lain, karakter Corrie yang lain terungkap dalam buku 'Di Balik Tirai Salah Asuhan' dari Syafi Radjo Batuah yang terbit dengan perbedaan kental dari naskah aslinya.

Bila dalam naskah asli, Corrie adalah gadis pesolek yang menyukai pergaulan bebas yang terkena bujukan Tante Lien, mak comblang. Lalu, ia bergaul intim dengan pemain orkes keroncong, menjual diri kepada seorang Arab kaya raya, hingga kapten kapal.

Ini yang disebut jadi salah satu penyebabnya bercerai dengan Hanafi, karena Corrie terjerumus ke dalam dunia pelacur dan mati ditembak seorang langganannya.

Baca Juga: Guyonkan Upin-Ipin Bernada Kekerasan Seksual, Warga Malaysia: Kami Benci Kebodohan Netizen Indonesia

Rupanya, alur karakter Corrie yang demikian telah membuat naskah ini ditolak, sehingga karakter Corrie ditulis ulang sebagai perempuan yang tidak tergoda bujukan Tante Lien, meski dia tetap dituduh selingkuh oleh Hanafi.

Tepatnya, Corrie digambarkan sebagai korban fitnah, dia kemudian meninggal akibat kolera.

Sementara itu, novel 'Salah Asuhan' pernah diadaptasi menjadi film oleh sutradara Asrul Sani yang dirilis pada 1972 dengan latar belakangnya menjadi 1970-an.

Baca Juga: Besok 3 Pulau Indonesia akan Rasakan Suhu Lebih Dingin akibat Bumi Sentuk Titik Aphelion

Bahkan, Salah Asuhan' juga sempat hadir di layar kaca dalam sinetron berjudul sama arahan Azhar Kinoy Lubis.***(Ikbal Tawakal)

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Pikiran Rakyat Bekasi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x