Makanya kenaikan harga minyak goreng menyebabkan mereka menjerit, karena otomatis memperlemah daya belinya. Kesulitan minyak goreng menyebabkan mereka rela antri berlama-lama, letih, berdesak-desakan supaya bisa mendapatkan bahan pokok ini.
Pemerintah rela dan tega membiarkan masyarakatnya menderita seperti itu. Wakilnya di DPR diam, seolah tidak ada yang dirugikan dari keadaan ini.
Malah Wakil Rakyat akan berteriak untuk mengkritisi kebijakan Presiden Jokowi karena banyak kalangan industri yang terdampak.
Baca Juga: Galaxy Z Fold 4 Meningkatkan Tampilan yang Menarik
Padahal masyarakat konsumen yang terdampak, usaha kecil gorengan yang jumlahnya sangat banyak, serta para UMKM, yang jika didata jumlahnya bisa jutaan, adalah konsumen setia minyak goreng.
Coba kita tengok terminal, pelabuhan, sekolah-sekolah, mall, rumah sakit, pusat-pusat keramaian. Di pinggir areanya banyak ditemui pedagang yang dagangannya mengunakan bahan baku minyak goreng.
Rupanya kekecewaan masyarakat, terhibur dengan adanya masukkan cara masak yang dilontarkan Ketua Umum PDIP. Masakan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus dan dirujak, ajak Megawati. Jangan terjebab dengan cara-cara yang selalu harus digoreng.
Baca Juga: BLACKPINK 'How You Like That' Capai 1 Miliar Tayang di Youtube
Bersabar
Catatan penulis, jika kartel tidak terjadi dan pembantu-pembantu Presiden dapat mengamanankan instruksi Presiden Jokowi, maka harga minyak goreng pasti akan turun bahkan bisa lebih rendah.