Pembangkangan Kudeta, Facebook dan WhatsApp Diblokir Junta Myanmar

5 Februari 2021, 08:10 WIB
Ilustrasi media sosial. / Pixabay/LoboStudioHamburg

PR CIREBON — Facebook dan WhatsApp diketahui menjadi alat komunikasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat negara Myanmar.

Imbas adanya tragedi kudeta militer dengan pengambilalihan paksa kekuasaan, bahkan pemimpin negara terpilih Aung San Suu Kyi berikut para tokoh elite politik pendungkungnya harus diculik.

Hal itu mengundang protes secara sporadis dari masyarakat Myanmar yang menentang, bahkan tak jarang ada pegawai rumah sakit militer pun turut membangkang terhadap kudeta tersebut.

Baca Juga: Ikatan Cinta Episode 152: Marah Dikirimi Foto, Akankah Aldebaran Berhenti Perjuangkan Andin?

Protes pembangkangan kudeta dilakukan secara sporadis oleh para penentang dengan mengunggah komentar-komentar pedas yang membanjiri jejaring socmed Facebook dan WhatsApp, dalam sepekan ini.

Maka dari itu, untuk menutup saluran penting bagi penentangan terhadap kudeta, Junta Myanmar memblokir Facebook dan WhatsApp pada Kamis, 4 Februari 2021 waktu setempat.

Penguasa militer Jenderal Min Aung Hlaing telah bergerak cepat untuk mengkonsolidasikan cengkeramannya setelah menggulingkan pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan menahannya serta politisi sekutunya pada hari Senin kemarin.

Baca Juga: Denmark Berencana Mengembangkan Paspor Digital Virus Corona, Bisa untuk Perjalanan ke Luar Negeri

Dia mengatakan kepada sebuah kelompok bisnis pada Rabu malam, bahwa dia dapat mempertahankan kekuasaan selama enam bulan setelah keadaan darurat selama satu tahun berakhir untuk mengadakan pemilihan yang adil.

Tetapi untuk menunjukkan sikap menentang para jenderal, sekitar selusin anggota parlemen yang dipilih dalam pemungutan suara 8 November mengadakan sesi parlemen simbolis di tempat-tempat di mana mereka telah tinggal sejak pengambilalihan.

Protes kecil terjadi di kota utama Yangon dan di tempat lain, dengan para aktivis mengatakan tiga pengunjuk rasa telah ditangkap, di antara sekitar 150 orang yang telah ditahan sejak kudeta, menurut satu kelompok hak asasi.

Baca Juga: Farmers Protest, Pemerintah India Matikan Jaringan Internet Tuai Kritik Aktivis hingga Selebritis

Para dokter juga menjadi ujung tombak kampanye pembangkangan sipil.

Tapi di negara dengan sejarah berdarah penumpasan demonstrasi, tidak ada pencurahan massa oposisi terhadap kudeta di jalanan.

Tentara merebut kekuasaan pada hari Senin dengan tuduhan penyimpangan dalam pemilihan, menggagalkan transisi Myanmar yang panjang dan bermasalah menuju demokrasi.

Baca Juga: Aksi Massa Petani di India Tuai Sorotan, Amerika Serikat Anjurkan Bangun Dialog

Ternyata, tindakan itu dikecam oleh PBB dan pemerintah Barat, yang meminta junta untuk menghormati kemenangan telak Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi.

Penentangan terhadap junta telah muncul dengan sangat kuat di Facebook, platform media sosial utama negara yang mendukung komunikasi untuk bisnis dan pemerintah.

Kementerian Komunikasi dan Informasi mengatakan, Facebook digunakan oleh setengah dari lebih dari 53 juta orang Myanmar, akan diblokir hingga Minggu ini, 7 Februari 2021.

Baca Juga: Prakiraan Cuaca Kabupaten Kuningan Jumat, 5 Februari 2021: Pagi Berawan dan Sore Hujan Ringan

Hal itu karena pengguna dianggap menyebarkan berita palsu dan informasi yang salah serta menyebabkan kesalahpahaman.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Reuters, selain Facebook, perpesanan WhatsApp Facebook juga diblokir, sehingga permintaan layanan VPN untuk menghindari blokade melonjak 4.300 persen, kata Simon Migliano.

Facebook masih tersedia secara sporadis dan demonstran di kota kedua Mandalay menggunakannya untuk menyiarkan langsung protes jalanan pertama sejak kudeta.

Baca Juga: Lonjakan Kebakaran Meningkat, Putra Mahkota Arab Saudi Rujuk Pelaku ke Pengadilan

“Orang-orang memprotes kudeta militer,” baca salah satu spanduk.

Sekelompok sekitar 20 orang meneriakkan: "Pemimpin kami yang ditangkap, bebaskan sekarang, bebaskan sekarang."

Tiga orang ditangkap setelah protes, kata kelompok mahasiswa. Reuters tidak dapat menghubungi polisi untuk dimintai komentar.

Baca Juga: Kebakaran Karena Angin Hancurkan 81 Rumah di Australia, Pemadam Sempat Terbawa Angin

Belasan orang juga melakukan protes di kota utama Yangon kemudian sebelum bubar dengan cepat

Setidaknya 147 orang telah ditahan sejak kudeta, termasuk aktivis, anggota parlemen dan pejabat dari pemerintahan Suu Kyi, kata Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) dalam sebuah pernyataan.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler