"Kalau sudah ada surat itu, berarti kalau saya (sebagai industri) sudah teken (tandatangan) menerima lulusan untuk kerja di industri, itu baru pernikahan yang sah," ujarnya.
Selain itu, industri juga dapat memberikan beasiswa dan ikatan dinas kepada pihak sekolah yang diajak untuk bekerjasama.
Baca Juga: Muslim India Sengaja Dibunuh, Keluarga Almarhum: Aneh, Terjebak Baku Tembak Kok Tergeletak di Jalan
Kemudian, pengenalan teknologi dan proses kerja industri kepada para guru sertifikasi kompetensi.
"Branding industri itu diberikan kepada murid lulusan, karena dia percaya dengan program (kurikulum) itu, dan juga join research project merupakan satu contoh paket pernikahan," ujarnya.
Nadiem menjelaskan industri membutuhkan banyak sekali sumber daya manusia (SDM) yang siap untuk bekerja. Namun ketersediaan tenaga kerja yang ada kurang memadai bahkan lulusan SMK banyak yang menganggur.
Baca Juga: Replika Piramida Giza Tangkal Corona, Pasutri Rusia: Sengaja Dibangun untuk Terlindung dari Infeksi
Hal itu terjadi karena kompetensi lulusan yang dihasilkan SMK tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri.
Jika program 'pernikahan massal' dapat terwujud, Nadiem mengatakan bahwa industri akan diuntungkan karena dapat mengurangi biaya pelatihan dan SMK juga diuntungkan karena lulusannya diserap langsung industri.
Industri harus dapat melihat SMK sebagai sarana untuk mencetak SDM yang memiliki kompetensi dan harganya pun kompetitif.***