Propaganda di Media Sosial Kerap Terjadi, Marsekal Hadi Tjahjanto: Ancam Keutuhan NKRI

- 22 November 2020, 14:14 WIB
Pangilma TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebut media sosial sebagai arena propaganda.
Pangilma TNI Marsekal Hadi Tjahjanto sebut media sosial sebagai arena propaganda. /Twitter.com/@Puspen_TNI



PR CIREBON - Kemajuan teknologi khususnya perangkat berbasis internet dan sosial media menjadikan seluruh negara dunia perlu menciptakan aturan kehidupan di dunia maya, hal ini disampaikan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

"Dampak dari pengguna media sosial dan segala aktivitas dunia maya dapat secara instan mempengaruhi keutuhan sebuah negara," kata Jenderal bintang empat dalam sebuah webinar, 21 November 2020.

Hadi mengatakan mau atau tidak, suka atau tidak, harus diakui bahwa  media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, sebagai media perang urat syaraf.

Baca Juga: Cara Cek Informasi Hoaks Lewat WhatsApp, Tinggal Simpan Nomor Chatbot Kalimasada

Dia menambahkan dengan penggunaan dan jangkauan yang luas, media sosial kini menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi atau pun perang psikologi.

"Sekarang kita mengenal hashtag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda," ujarnya.

Menurut Hadi, belakangan propaganda lewat sosial media semakin masif terjadi di tanah air, yang menurutnya seluruh propaganda tersebut sangat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Baca Juga: Tingkatkan Kualitas Aktor Film, Kemendikbud Siapkan Asesor untuk Sertifikasi Kompetensi

"Penyebaran berita bohong atau hoaks yang mendiskreditkan pemerintah, dengan sasaran utama masyarakat awam dan generasi muda agar terbakar emosinya," ucap Hadi.

Selain itu dia menambahkan, provokasi dengan mengeksploitasi isu SARA juga terjadi. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari PMJ News.

"Seperti penistaan tokoh masyarakat, tokoh agama, perlakuan etnis tertentu, atau pun kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur," katanya.

Baca Juga: Potensi Tenaga Surya Mencapai 207,8 GW, Kementrian ESDM Genjot Pengembangan PLTS di Indonesia

Dia mengungkapkan penyebaran isu-isu sosial dan isu separatisme berbahasa Inggris juga dilakukan, untuk mencari simpati dan dukungan politik dari dunia internasional, seperti yang dilakukan Benny Wenda dan Veronica Koman.

Menurutnya kelompok separatis telah memanfaatkan sosial media untuk mempengaruhi opini dunia lewat propaganda, dan juga memanfaatkan panggung diplomasi internasional sebagai mandala alternatif untuk mendapatkan dukungan internasional.

Sebagai hasilnya stabilitas nasional akan terganggu dan akhirnya upaya pembangunan tidak akan berjalan lancar, dan akhirnya pemerintah serta masyarakat hanya akan disibukkan dengan konflik-konflik sosial yang ada, dan kehidupan sosial kemasyarakatan menjadi tidak kondusif.

Baca Juga: Tips Menjaga Kesuburan, Ini Makanan yang Harus Dihindari Bagi Pasangan Suami Istri

Hadi menyatakan TNI bersama dengan kementerian dan juga lembaga terkait, serta masyarakat khususnya generasi muda, harus saling bahu membahu memberdayakan potensi dunia maya dan potensi digital yang dimiliki.

"Untuk membendung dan menghadapi ancaman separatisme di dunia maya,” ujar Hadi.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: PMJNews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x