Sedangkan LIPI mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan fusi. Universitas Gadjah Mada mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.
Pihak Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus. Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform yaitu DNA, RNA, dan virus-like particle.
Kini, Lembaga Eijkman sedang menunggu protein rekombinan yang akan dihasilkan dari sistem ekspresi yang menggunakan sel mamalia.
Baca Juga: Untuk Keempat Kalinya Jalur Selatan Cianjur Longsor, BPBD: Longsor Menutup Jalan Utama
Apabila sudah didapatkan protein rekombinan, maka protein rekombinan itu akan disuntikkan pada hewan sebagai tahapan uji praklinis.
Tahap uji praklinis itu diharapkan sudah selesai di awal 2021 sehingga bibit vaksin bisa diserahkan ke PT Bio Farma.
Kemudian, Bio Farma akan melakukan scaling up dan membuat formulasi agar vaksin itu siap diujikan ke manusia sehingga uji klinis tahap 1 pada manusia dapat segera dilakukan. Jika hasilnya memuaskan, maka dilanjutkan dengan uji klinis tahap 2 dan 3.
Baca Juga: Suu Kyi Kembali Naik Jadi Pemimpin Myanmar, Tekanan Global Pemulangan Rohingya Meningkat
Ditargetkan Siap Pada 2022
Tahap uji klinis menjadi sangat penting untuk memastikan dosis, efektivitas, kebermanfaatan dan keamanan jika digunakan pada manusia.