Ada Tekanan dalam Tubuh Gunung, Magma Merapi Terus Mengalir Ke Permukaan

- 18 November 2020, 13:55 WIB
Gunung Merapi di Yogyakarta, yang saat ini sedang mengalami erupsi. (Istimewa BMKG)
Gunung Merapi di Yogyakarta, yang saat ini sedang mengalami erupsi. (Istimewa BMKG) /Arahkata.com


PR CIREBON - Gunung Merapi terus aktif bergerak. Guguran yang terjadi hingga terdengar oleh masyarakat ternyata karena adanya tekanan dari dalam tubuh gunung berapi itu.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida memaparkan guguran terjadi saat ada tekanan magma ke permukaan. Sehingga, berbagai material yang ada pada puncak Gunung Merapi gugur karena tidak stabil.

“Magma itu kan terus menuju ke permukaan, karena ada magma yang menuju permukaan material yang di atas jadi tidak stabil. Karena tidak stabil maka material yang ada di atas jatuh (ngeglundhung) sehingga menimbulkan suara gemuruh,” tutur Hanik Humaida, dalam siaran persnya, Selasa 17, November 2020, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari PMJ News.

Baca Juga: Dukung Pilkada Depok, Rocky Gerung Akui Siap Jadi Influencer Imam Budi Hartono

Lebih jauh Hanik Humaida menjelaskan, bahwa dalam status siaga (level tiga) Gunung Merapi, saat ini terdeteksi adanya dua kantong magma. Dua kantong magma itu, menurutnya, berdasarkan prediksi BPPTKG menjadi penyuplai utama material jika nantinya Gunung Merapi mengalami erupsi.

“Pertama, kantong magma dangkal kurang lebih 1,5-2 km dari puncak merapi. Kedua, kantong magma dalam yang jaraknya kurang lebih 5 km dari puncak Gunung Merapi. Dari posisi hiposenter gempa vulkanik saat ini dapat disimpulkan ada dua kantong magma di Gunung Merapi,” tutur Hanik.

Menurut catatan BPPTKG, sampai status Gunung Merapi berubah menjadi siaga level tiga, belum terdeteksi intensitas gempa vulkanik dalam (VA) masih di angka 0.

Baca Juga: Ceramah Bernada Menantang ala Habib Rizieq Dikomentari, Jimly: Hentikan Provokasi Kebencian

Hal itu menjadikan kondisi yang berbeda bila dibandingkan pada erupsi pertama tahun 2010. Waktu itu, gempa vulkanik dalam bisa mencapai tujuh kali.

“Dengan kondisi tersebut mengindikasikan jika tidak ada suplai magma baru dari dalam perut Merapi, sekaligus menjadi salah satu indikasi kemungkinan erupsi 2020 ini tidak akan seperti tahun 2010,” ujarnya.

“Pada aktivitas merapi tahun 2020, gempa vulkanik dalam terakhir yang muncul adalah pada tanggal 25 September 2020 lalu,” tambahnya.

Baca Juga: Protes Makin Memburuk, Sedikitnya 55 Orang Terluka di Unjuk Rasa Thailand

Adapun, kantong magma sendiri disebut oleh Hanik berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan.

Artinya, jika terjadi tekanan melebihi ambang batas, maka magma akan keluar dengan bentuk erupsi eksplosif atau efusif yang berupa pembentukan kubah lava.

“Pola letusan Merapi sendiri tidak mengalami perubahan,” tandasnya.

Baca Juga: Hadapi Musim Dingin Terhangat dalam Sejarah, Gelombang Panas Laut Melanda Selandia Baru

Sekadar informasi, berdasarkan catatan dari BPPTKG per tanggal 16 November 2020 menyatakan jika, laju rata-rata deformasi Gunung Merapi sebesar 12 cm per harinya.

Laju rata-rata diukur dengan menggunakan electronic distance measurements (EDM) Babadan.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x