Hadapi Musim Dingin Terhangat dalam Sejarah, Gelombang Panas Laut Melanda Selandia Baru

- 18 November 2020, 13:22 WIB
Ilustrasi Bendera Selandia Baru.
Ilustrasi Bendera Selandia Baru. /Pixabay/Marselelia/


PR CIREBON - Ilmuwan iklim memperingatkan Selandia Baru berada di ambang gelombang panas laut setelah mencatat suhu hampir dua derajat di atas rata-rata di perairan pesisir di Pulau Utara.

Peramal di Institut Nasional Penelitian Air dan Atmosfer (NIWA) mengatakan gelombang panas laut sedang terbentuk, dengan suhu di atas rata-rata dilaporkan sepanjang Oktober, menyusul rekor musim dingin yang hangat.

Gelombang panas laut didefinisikan sebagai periode yang diperpanjang dari suhu laut yang sangat hangat, di atas persentil ke-90, yang dapat meluas hingga ribuan kilometer.

Baca Juga: Tidak Hanya di Jawa Barat, Gempa Tektonik M 5,3 Guncang Pesisir Selatan Sumatera Barat

Laut terhangat berada di utara Pulau Utara, di mana suhu laut 1,6 derajat Celcius di atas rata-rata bulanan bulan November. Suhu laut di lepas pantai Northland berkisar antara 18 dan 21 derajat Celcius.

Ahli meteorologi NIWA Ben Noll mengatakan suhu di bagian lain negara itu antara 0,7 dan 1,1 derajat di atas rata-rata.

“Sembilan dari 10, suhu laut Northland lebih dingin dari yang sekarang untuk sepanjang tahun. Ini membuat apa yang kami lihat sekarang menjadi sangat tidak biasa. Kami bahkan tidak berada di puncak suhu permukaan laut yang biasanya terjadi selama bulan Januari dan Februari," katanya.

Baca Juga: Gempa Tektonik di Kabupaten Kuningan, BMKG Sebut Dalam Catatan Sejarah Sudah Beberapa Kali Terjadi

Berita tersebut muncul setelah para ahli iklim di Selandia Baru memberikan prediksi mereka untuk musim panas yang akan datang, yang menurut mereka akan panjang, panas dan kering, dengan peningkatan risiko kebakaran hutan dan kekeringan.

“Sistem tekanan tinggi di bulan Oktober menghasilkan lebih banyak sinar matahari, suhu yang lebih hangat, dan lebih sedikit angin dari biasanya. Pola ini menyebabkan pemanasan permukaan laut dan mencegah air yang lebih dingin di bawahnya bercampur ke atas," ujar Noll.

Selandia Baru sedang berada di tengah tahun La Nina, yang sering dikaitkan dengan suhu laut yang lebih hangat di kedua sisi Tasman.

Baca Juga: Milad Muhammadiyah Ke-108, Haedar Nashir: Muhammadiyah akan Mampu dan Berkontribusi pada Negeri

Pada tahun 2018, Selandia Baru mengalami musim panas terpanas dalam catatan, sebagian besar didorong oleh gelombang panas laut yang menyebabkan suhu laut naik hingga enam derajat di beberapa daerah. Suhu laut rata-rata selama Januari tahun itu adalah 20,3 derajat Celcius, lebih dari tiga derajat di atas normal.

Laut yang hangat menyebabkan masuknya ikan secara signifikan dan kehidupan laut yang biasanya hanya ditemukan di iklim tropis, termasuk Queensland groper, yang rumahnya biasanya di Great Barrier Reef.

Kehidupan laut lain yang biasanya tidak ada di perairan Selandia Baru yang semakin diperhatikan oleh pengamat laut termasuk kingfish di Pelabuhan Dunedin, belut taman di Kepulauan Kermadec (1.000 km di utara Selandia Baru), sersan mayor damselfish, ikan kodok lurik, dan Lord Howe Moray di Northland dan ubur-ubur surai singa di Wellington Harbour.

Baca Juga: Mulai Hari Ini Vanessa Angel Resmi Jalani Masa Tahanan 3 Bulan Penjara di Rutan Pondok Bambu

Gelombang panas laut 2018 juga menyebabkan ledakan populasi hewan di darat, termasuk ledakan populasi hewan pengerat.

Laut yang lebih hangat memberikan energi ekstra untuk melewati badai, kata Niwa, selain memicu suhu yang lebih hangat di darat.

Gelombang panas laut musim panas ini menandai yang ketiga dalam empat tahun di Selandia Baru. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari The Guardian, 18 November 2020.

Baca Juga: Presiden Jokowi Perkirakan Penyuntikan Vaksin Covid-19 Dilakukan Antara Akhir dan Awal Tahun

Suhu musim panas yang lebih hangat dari rata-rata telah diperkirakan selama tiga bulan ke depan, menyusul rekor musim dingin terpanas di Selandia Baru, yaitu 1,14 derajat di atas rata-rata.

Tujuh dari 10 rekor musim dingin terpanas di Selandia Baru telah terjadi sejak tahun 2000.

"Ini hanya menunjukkan lintasan yang kita tempuh," kata Noll.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x