Berdasarkan perhitungan sebuah aplikasi canggih yang dibangun tim ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) PREMISE, kedua aksi demonstrasi tersebut memiliki hubungan yang kuat terhadap penambahan kasusu positif Covid-19.
Adapun dua aksi demonstrasi tersebut ternyata telah meningkatkan kasus positif sebesar 6 persen atau ada penambahan 233 kasus perharinya.
Padahal rata-rata penambahan kasus positif Covid-19 harian pada tanggal dilakukannya aksi demonstrasi sudah mencapai angka 3.878 kasus.
Baca Juga: Presiden Prancis Lukai Hati Umat Islam, SBY: Hentikan Membuat Karikatur Nabi Muhammad
Bukan hanya kasus positif, namun kasus kematian akibat Covid-19 setelah dua aksi demonstrasi tersebut juga mengalami peningkatan sebesar 0,11 persen atau naik 3,3 persen dari angka kematian rata-rata di Indonesia yang ada pada angka 3,41 persen.
Berdasarkan prediksi yang dilakukan PREMISE, jumlah kasus harian Covid-19 selama satu minggu setelah pasca demo 6 Oktober 2020 hingga 14 Oktober 2020 adalah 3.843 kasus perhari.
Jika mengacu pada data aktual terhitung jumlah kasus baru pada periode yang sama adalah sebesar 4.207 kasus per hari, lebih tinggi 364 kasus perhari dari angka prediksi.
Baca Juga: Perkataan Presiden Macron Sulut Kemarahan Umat Islam Dunia, SBY: Jangan Sampai Kita Terpecah Belah
Aksi demonstrasi penolakan UU Cipta Kerja pada 6 Oktober 2020 menyumbang setidaknya 9,5 persen kasus yang meningkat di Indonesia.
Khususnya DKI Jakarta, dampak peningkatan kasus Covid-19 akibat demo RUU Cipta Kerja itu terlihat paling tinggi.