Mata Najwa Bahas Satu Tahun Jokowi – Ma’ruf, Irma Suryani Minta Rocky Gerung Berkaca

- 22 Oktober 2020, 09:13 WIB
Acara Talkshow Mata Najwa episode Satu Tahun Jokowi tayang di Trans 7 dan diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis 22 Oktober 2020.
Acara Talkshow Mata Najwa episode Satu Tahun Jokowi tayang di Trans 7 dan diunggah di kanal YouTube Najwa Shihab, Kamis 22 Oktober 2020. /Youtube @Najwa Shihab

PR CIREBON – Satu tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin menjadi topik dalam acara Mata Najwa, yang dipandu oleh presenter Najwa Shihab, pada Rabu, 21 Oktober malam.

Dalam acara tersebut, Rocky Gerung mengungkapkan nilainya untuk satu tahun pemerintahan Jokowi – Ma'ruf sebagai A Minus. Menurutnya, A untuk kebohongan, dan minus untuk kejujuran.

Sedangkan Anggota DPR dari Fraksi PKS, Mardani Ali Sera, mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi di era Jokowi, mengingat banyak terjadinya demonstrasi dan ditangkapnya aktivis yang mengkritisi pemerintah.

Baca Juga: Buntut Sex Menyimpang, Mahkamah Agung Putuskan 16 Prajurit TNI Dipecat

“Saya rasa ada perubahan di diri Pak Jokowi. Dulu saat masih di Solo, ketika beliau ingin mereformasi kualitas pasar, dialognya bagus sehingga masyarakat menerima. Sekarang saya merasa sedih saat beliau bilang ‘kalau tidak setuju ya ke Mahkamah Konstitusi’,” ungkap Mardani, menambahkan bahwa bahkan saat demonstrasi, massa tidak ditemui dan Presiden tidak ingin kebisingan, tetapi ingin efisiensi.

Selain itu, ia berpendapat bahwa di mana partai oposisi sangat kecil dibanding koalisi, seharusnya Presiden mampu menjadi penyeimbang untuk menyehatkan demokrasi, bukan sebaliknya.

Politikus PDI Perjuangan, Aria Bima, mengatakan bahwa saat ini, demokrasi diinterpretasikan secara kebablasan.

Baca Juga: Kritik Keras Zainal Arifin Mochtar, Praktik Legislasi di Jaman Jokowi Ugal Ugalan dan Menyebalkan

“Contohnya di media sosial, di YouTube, itu banyak kritik untuk Pak Jokowi, dan itu sesuatu yang tanpa kendali. Kalau itu kritis, saya kira, merupakan sesuatu yang harus diapresiasi, bahwa kekuasaan tidak mungkin tidak harus ada kelompok yang mengkritik untuk penyeimbang. Tapi harus dibedakan, mana hoaks dan hasutan,” jelasnya, menambahkan bahwa hoaks dan hasutan ada batasan yang bukan dipegang oleh Presiden, melainkan UU ITE.

Sementara itu, Feri Amsari, Direktur Pusako Universitas Andalas, mengatakan bahwa wajah Jokowi yang sesungguhnya adalah saat ini, bukan saat ia masih menjabat Gubernur di Solo dengan demokrasi yang elegan.

“Yang dulu itu yang direkayasa oleh tim. Ada yang namanya kutukan periode kedua, bukan hanya muncul berbagai skandal, tetapi memperlihatkan watak asli seorang Presiden yaitu represif. Ada tindakan penangkapan orang, bukan gaya Solo yang dipakai. Mana buktinya Jokowi demokratis, tidak ada saya lihat,” kata Feri.

Baca Juga: Cegah Penularan Covid-19, Walikota Himbau ASN di Cirebon Sosialisasikan Transaksi Digital

Lebih lanjut, Irma Suryani yang merupakan politikus Partai Nasdem, membandingkan keadaan akan banyaknya kritik yang terus dilontarkan oleh Rocky Gerung terhadap Presiden Jokowi dengan era Soeharto.

“Rocky selalu berpersepsi seolah dia yang paling benar dan paling pintar. Kalau di era Soeharto, orang seperti Rocky dan Feri itu sudah hilang. Tapi di era Jokowi, orang seperti Rocky yang terus mencaci maki Presiden, Jokowi tenang-tenang saja. Itu karena demokrasi sekarang sudah kebablasan. Orang menganggap dirinya paling benar, paling pintar, dan paling bersih,” ujarnya.

Ia lalu meminta Rocky untuk berkaca terhadap diri sendiri dan introspeksi apa dirinya memang merupakan yang paling benar.***

 

Editor: Egi Septiadi

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x