Network
PR CIREBON - Gelombang aksi demo besar-besaran menolak pengesahan RUU Cipta Kerja pada Kamis, 8 Oktober lalu, terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Sebagai informasi, sebelumnya DPR telah mengesahkah RUU tersebut menjadi undang-undang (UU) pada Senin, 5 Oktober 2020 dalam Sidang Paripurnanya.
Aksi demo tersebut pun berlanjut pada Selasa, 13 Oktober 2020. Salah satu titik demo menolak UU Ciptaker itu berlangsung di Jakarta.
Aksi unjuk rasa itu dilakukan oleh berbagai kalangan masyarakat, seperti kaum buruh, mahasiswa hingga para pelajar.
Baca Juga: DPR Diam Didemo, Naskah Omnibus Law Siap Diserahkan ke Presiden, Pengamat: Cek, Baru Tanda Tangan!
Diketahui, tak sedikit peserta aksi demo yang diamankan oleh pihak kepolisian, masih berstatus pelajar SMA maupun SMK.
Mengenai hal itu, Jasra Putra, sebagai Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), mengatakan berdasarkan penelusurannya, pelajar ikut demonstrasi berujung rusuh di Jakarta pada hari Selasa itu, salah satunya karena bosan sekolah online.
"Saya menghampiri anak perempuan, ia mengaku sekolah di SMK Jatinegara. Ia datang ke lokasi diajak teman-temannya dan ia mengaku mulai bosan pembelajaran jarak jauh (PJJ)," tutur Jasra kepada wartawan, Selasa, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.
Baca Juga: Dianggap Banyak Rugikan Pekerja, Menaker Ida: UU Omnibus Law Sediakan Banyak Lapangan Kerja
Jasra mengatakan latar belakang anak ikut demo banyak dari mereka yang kurang perlindungan keluarga, seperti karena putus sekolah, orang tua jarang pulang karena tempat kerja yang jauh dan PJJ yang belakangan cenderung hanya aktivitas pengajaran penugasan pekerjaan rumah.
