Pilkada 2020 Bikin Sedih, Dokter dan Perawat: Tujuh Bulan Urus Covid-19, Beban Kami Malah Ditambah

- 26 September 2020, 15:30 WIB
Ilustrasi dokter yang mengurusi Covid-19
Ilustrasi dokter yang mengurusi Covid-19 /pikiran-rakyat

PR CIREBON - Para tenaga kesehatan, dokter dan perawat, mulai berteriak khawatir kasus Covid-19 akan makin melonjak, jika Pilkada 2020 tetap digelar.

Kekhawatiran para tenaga kesehatan itu memang beralasan karena dalam sepekan terakhir, empat kali memecahkan rekor di angka 4.000-an lebih.

Berdasarkan data dari satgas penanganan Covid-19, kasus baru Covid-19 kembali menembus rekor tertinggi, yakni ada penambahan 4.823 kasus. Dengan penambahan itu, membawa total kasus mencapai 266.845 orang. Sedangkan, 196.196 pasien dinyatakan sembuh dan 10.218 pasien meninggal dunia.

Baca Juga: Waspada Perubahan Iklim, KLHK Berniat Sebarkan Pemahaman dalam Kurikulum Baru Kemendikbud

Jumlah pasien meninggal pun makin mengkhawatirkan, tepatnya dalam dua pekan terakhir, rata-rata 117 pasien meninggal per hari.

Untuk itu, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih menunjukkan kekhawatiran besar melihat perkembangan kasus Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda penurunan.

Bahkan, kekhawatiran kian bertambah lantaran keputusan pemerintah untuk tetap menggelar Pilkada 2020 pada Desember nanti. Artinya, jika Pilkada 2020 digelar dalam kondisi pandemi yang angka penularan dan kematiannya masih tinggi, maka dokter dan nakes yang akan menanggung beban makin banyak.

Baca Juga: Jangan Berlebihan Respon Sinyal Resesi Sri Mulyani, DPR: Jokowi Bisa Bawa Keluar RI dari Kesulitan

Padahal perhitungan menunjukkan lonjakan hebat akibat pilkada, hanya akan membuat fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tak tercukupi untuk menangani itu.

“Itu yang jadi kekhawatiran kita,” tegas Daeng bernada prihatin dalam diskusi bertajuk “Dilema Pilkada 2020 di Tengah Covid-19” yang digelar virtual, belum lama ini.

Sedangkan saat ini saja, kapasitas pelayanan masih perlu ditambah seiring terus bertambahnya kasus Covid-19.

“Kalau tidak ditambah, banyak saudara kita yang tidak mendapatkan tempat tidur,” jelas Faqih, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.

Baca Juga: Studi Covid-19 di AS: Virus Corona Bermutasi Lebih Menular hingga Kalahkan Masker dan Jaga Jarak

Atas sebab itu, Faqih meminta, pemerintah dan penyelenggara pemilu memastikan agar tidak ada lonjakan kasus akibat Pilkada. Ia minta KPU membuat skenario dan simulasi yang terukur agar tahapan pilkada ke depannya bisa berjalan sesuai protokol kesehatan yang ketat.

Senada dengan IDI, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Hanif Fadillah menyampaikan kekhawatiran serupa, kerumunan selama kampanye dan pemilihan akan menjadi salah satu sarana penyebaran Covid-19.

“Ledakan kasus itu dapat menambah beban para tenaga kesehatan yang sudah berjuang hampir tujuh bulan,” ungkap Harif, belum lama ini.

Baca Juga: Pandemi Covid-19 Jadi Pukulan Telak Terhadap Ekonomi, Pendapatan Keluarga Kerajaan Inggris Berkurang

Sebagai informasi, selama tujuh bulan melawan pandemi, Harif mengatakan, sudah 85 perawat yang meninggal akibat Covid-19.

Sedangkan jumlah yang terpapar, tercatat empat provinsi sudah melapor ada 3.019 perawat yang positif Covid-19. Paling banyak Jakarta, disusul Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x