PR CIREBON – Sebuah penelitian oleh ilmuwan di Houston, Amerika Serikat (AS), menunjukkan bahwa mutasi Covid-19 baru diduga bahkan lebih menular, dan para ahli mengatakan itu bisa jadi merupakan respons virus untuk mengalahkan masker dan upaya jarak sosial lainnya.
Dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dari Washington Post, para ilmuwan dalam sebuah makalah yang diterbitkan minggu ini mengidentifikasi jenis baru virus, yang menyumbang 99,9 persen kasus selama gelombang kedua di daerah Houston, Texas, AS.
Namun, laporan baru tidak menemukan bahwa mutasi ini membuat virus lebih mematikan atau mengubah hasil klinis. Semua virus mengakumulasi mutasi genetik dan kebanyakan tidak signifikan. Meskipun demikian, para peneliti mengatakan bahwa virus tersebut tampaknya telah beradaptasi lebih baik untuk menyebar di antara manusia.
Baca Juga: Masa Kampanye Pilkada 2020, Tito Karnavian Izinkan Tatap Muka Khusus Wilayah dengan Sinyal Terbatas
David Morens, ahli virologi di Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa virus dapat menjadi lebih menular dan hal ini mungkin berimplikasi pada kemampuan manusia untuk mengendalikannya.
Dia mengatakan ada kemungkinan virus telah berevolusi untuk menolak upaya seperti mencuci tangan dan menjaga jarak.
"Mengenakan masker, mencuci tangan, semua itu adalah penghalang penularan, tetapi karena virus menjadi lebih menular, secara statistik lebih baik untuk mengatasi hambatan itu," kata Morens.
Baca Juga: Buntut Penikaman di Bekas Kantor Charlie Hebdo di Paris, Dua Orang Tersangka Berhasil Ditangkap
Hal ini, menurut Morens, akan berimplikasi pada formulasi vaksin. Ketika orang memperoleh kekebalan, baik melalui infeksi atau vaksin, virus dapat berada di bawah tekanan selektif untuk menghindari respons kekebalan manusia.