Baca Juga: Dicurigai Polisi usai Jejak Editor Metro TV ada di Warkop, Pemilik: Pisau Saya Begini, Bukan Begitu
Lebih lanjut, tradisi merintang warna kalau di Indonesia membatik sudah dilakukan bangsa-bangsa di luar indonesia, seperti teknik Shibori yang pada awalnnya dikenalkan oleh bangsa Tiongkok (bukti peninggalan kain yang dilestarikan di Shoso-in) yang dikenal ada tiga teknik yaitu, Kokechi (teknik ikat dan diikat rintang), roekechi (teknik menggunakan rintang lilin), dan Kyokechi (teknik melipat kain dengan dijepit diantara balok yang berukir).
"Sebagian orang menuturkan bahwa istilah kechi bukan asli dari istilah Jepang asli, akan tetapi dari Tiongkok (Xie) yang memiliki arti sebagaimana dibuktikan dengan penggunaannya sebagai akhiran untuk tiga proses, dan hanya satu yang merupakan shibori (asli Jepang)," jelasnya.
Baca Juga: Zindzi Mandela Meninggal Dunia, Sosoknya Miliki Peran Penting dalam Transformasi Masyarakat Afrika
Oleh karena itu, Komarudin menyimpulkan bahwa teknik membatik asli Indonesia sangat berbeda dengan Tiongkok, sehingga yang mereka miliki adalah Teknik Shibori.
Dengan demikian, warga Indonesia diminta tidak takut dan terlalu khawatir dengan pengakuan dari Tiongkok tersebut.
Alih-alih takut, justru ada hikmah yang bisa dipetik, yakni kembali muncul rasa nasionalisme dari masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Membelot ke AS demi Kebenaran Asal Covid-19, Ilmuwan Tiongkok: Saya Pernah Lapor, Tapi Mereka Diam
"Kita tahu pada tahun 2009 lalu, saat Malaysia mengakui batik sebagai warisan Malaysia. Seluruh masyarakat Indonesia turun dan membela, bahwa batik merupakan warisan budaya tak benda asal Indonesia," tuturnya.
Sementara itu, Batik Indonesia sudah diakui UNESCO, sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.