Penyair-penyair muda berdatangan, dan Umbu Landu Paranggi menerima mereka dengan kesetiaan yang luar biasa.
Dengan para penyair muda itu Umbu mendiskusikan masalah-masalah sastra dan filsafat hingga larut malam. Selain itu, Umbu juga menyanyikan puisinya bersama Deded, gitaris Yogya yang terkenal.
Umbu Landu Paranggi dengan pembacaan puisinya dan musikalisasi puisinya kemudian merambah ke kampus-kampus dan radio-radio swasta di Yogyakarta.
Baca Juga: Akui Pernah Ajak Ayu Ting Ting untuk Menjadi Kekasihnya, Ivan Gunawan: Saya yang Nggak Siap
Tahun 1975 Umbu Landu Paranggi meninggalkan Yogya dan kemudian bermukim di Denpasar, Bali.
Di Denpasar, ia melanjutkan dedikasinya dalam dunia apresiasi puisi, khususnya dalam penggodokan calon-calon penyair, sebagaimana yang dilakukannya selama berada di Yogyakarta.
Murid-muridnya di Bali yang namanya sempat mencuat dalam khazanah sastra nasional berkat tempaan sang "Presiden Malioboro" antara lain, adalah Nyoman Tusthi Eddy dan Raka Kusuma.
Baca Juga: Jiwa Billy Syahputra Disebut Labil, Denny Darko: Memes Prameswari Hadir untuk Menyeimbangkannya
Di Denpasar Umbu Landu Paranggi bekerja sebagai redaktur Bali Post dengan mengasuh ruang remaja "Pos Remaja" dan ruang kebudayaan "Pos Budaya".
Seorang tokoh sastra di wilayah Mataram, Putu Arya Tirtawirya, berpendapat bahwa keunggulan Umbu Landu Paranggi lahir dari dedikasinya yang tinggi dalam mengembangkan apresiasi sastra, terutama puisi, di kalangan masyarakat luas, khususnya di kalangan generasi muda.***